Minggu, 30 September 2012

G 30 S - Paranoid




Kominis tidak lebih berbahaya dari paranoid dan sikap acuh-tak acuh.

Paranoid bikin kepala tak rasional. Tak bisa memilah gelap dan terang. Karena semua gelap maka jutaan nyawa melayang. Main tebas agar merasa aman.

Paranoid itu penyakit. Apa saja menakutkan. Waspada jadi serba berlebihan. Anak SD yang hendak belajar sejarah kelam negerinya pun bisa dianggap ancaman.

Paranoid itu ketakutan yang berlebihan. Ketakutan juga berkawan baik dengan ketidak-acuhan. Ketakutan dan ketidak-acuhan sama-sama bikin manusia diam. Sama-sama menggerogoti nilai-nilai kebenaran. Manusia dan kemanusiaannya pun dirantai lingkaran setan. Sejarah kelam berulang-ulang.

Jules Romains sampai harus bertanya:

"Apa yang harus kita punyai agar kita bebas dari ketakutan?"

Pertanyaan yang sama yang menghantu Bruce Wayne, juga Potter, Mochtar Lubis, dan kita semua. Pertanyaan dasar awal pencarian pembebasan, menjadi manusia yang merdeka. Manusia merdeka berani bersuara kebenaran. Tidak takut menatap sejarah kelam demi masa depan. Manusia merdeka berani menghadapi ketidak-pastian. Dan proses itu harus dimulai dari sekarang. Susah memang tapi itulah nilai perjuangan.

------------------------------------

Mungkin saat berjuang kita bisa sambil bernyanyi:

"Well we were caught with our hands in the air
Don't despair paranoia is everywhere
We can shake it with love when we're scared
So let's shout it aloud like a prayer

Free the people now

Do it, do it, do it, do it, do it now
Free the people now
Do it, do it, do it, do it, do it now"

Bring On The Lucie (Freda People).

Bersama Lennon Kita bernyanyi.

Selamat mengenang G 30 S (PKI?)

:)

Rabu, 26 September 2012

Runtuhnya Plafon Kami



Ini tentang kaum-kaum yang habitatnya bersahabat dengan gunjang-ganjing-naik-turun-gak stabil-penuh dinamika-nyerempet-nyerempet maut. Maksudnya orang-orang yang dunia kerjanya gak monoton-rutin tapi kadang tenang kadang ribut dikejar hantu deadline. Khas kaum kreatif-inovatif-seni(-juga kewartawanan, mahasiswa mungkin iya). Mirip-mirip dunia tentara: Kadang damai, kadang perang. Dan mereka suka bikin perayaan tiap lolos dari deadline. Mirip-mirip dunia tentara: Kalau menang, perang usai, wah perayaannya....

Sulit memang untuk dibayangkan kaum-kaum berhabitat stabil-serba rutin-mapan-pasti-pasti saja hidupnya. Memang ini di luar gambaran kawan-kawan perbankan, atau pegawai negeri yang adem ayem itu, (atau orang kaya baru rangkap politisi yang sudah nyaman duduk di singgasana negeri atas awan yang hari-hari serba tentram baca statistik-statistik kemakmuran entah darimana-bagaimana hitung-hitungnya..)

Untuk itu kami bantu berikan ilustrasi, betapa gila dan gawat juga perayaan-perayaan lepas dari maut deadline.


I
I
I


Kira-kira begitu. Kami publikasikan gambar itu. Tapi rupa-rupanya gambaran tersebut menimbulkan citra yang tidak-tidak seolah-olah kami kaum-kaum tak stabil tapi kreatif-inovatif (yang suka dikejar hantu deadline) gemar perayaan-perayaan kemenangan gaya milisi pemberontak Libya atau rakyat Irak yang pro-sekutu pasca Saddam (atau nanti milisi Suriah pasca Assad) hingga sampai-sampai plafon dunia kerja kami pun runtuh.

Runtuh iya (demikianlah pada Rabu 18 Juli 2012 di markas BDS Bali). Perayaan agak gila iya juga. Tapi ada banyak faktor yang sangat rumit (jadi jangan terlalu cepat ambil kesimpulan, suka prasangka-prasangka) soal runtuhnya plafon kami. Untuk itu kami mencoba bersikap sangat objektip untuk luruskan gambaran-gambaran yang mencong-mencong di kepala kawan-kawan (yang sulit sekali membayangkan dunia yang kami maksudkan).

Salah satu situasi darurat deadline. Tak ada yang senyum.
Kalau deadline akhirnya berakhir. Terlihat ada senyum-senyum. (Wajar)
Ekspresi kebebasan dirayakan dengan makanan. Penuh rasa syukur nikmati jerih payah. (Masih wajar)
Mulai ada yang aneh-aneh: perayaan kebebasan dengan parade tank. (Mulai tak wajar)
Ini sudah berlebih. Merayakan kebebasan pakai bom alih-alih kembang api. (Sangat tak wajar)
Akhirnya: runtuhnya plafon kami. Runtuh tahap awal (sebelum runtuh semua dan malang nasib orang-orang ini).
Orang-orang lenyap. Mungkin tertimpa reruntuhan (kebetulan sekali yang ambil foto ini datang terlambat).


----------------

Tapi, sekali lagi, jangan terlalu cepat ambil kesimpulan tidak-tidak seolah-olah telah terjadi bencana kemanusiaan dengan korban jiwa cukup banyak.
Ternyata semua selamat. Dan untuk itu kembali dilakukan perayaan (kali ini secara wajar sekalian berbuka puasa).
 ----------------

Pelajaran berharga: 
1. Over euphoria can kill you.
2. Jangan cepat-cepat ambil kesimpulan (juga menerima cerita ini mentah-mentah).


Kamis, 20 September 2012

Kata-Kata Sukarno Saat Lantik Ali Sadikin Sebagai Gubernur



Satu tugas daripada pemerintah kota, membuat kotanya itu bersih dari sampah. Nah, orang yang bisa mengerti demikian, harus orang yang dijadikan Walikota. Jangan orang yang cuma mengerti hal bestuursvoering (pelaksanaan pemerintah).

Apa sebab saya memilih seorang gubernur dari Angkatan Laut? Angkatan Laut KKO? Oleh karena Jakarta ini adalah kota pelabuhan. Sebaliknya saya memilih Gubernur Jakarta dari satu orang yang mengetahui urusan laut dan urusan pelabuhan.

Di Jakarta berkumpul semua diplomaten. Saya minta supaya Gubernur bisa menghadapi bahkan meladeni diplomaten corps di sini. Saya cari-cari orang dan saya pikir yang terbaik adalah Ali Sadikin. Apalagi Ali Sadikin mempunyai Istri yang rupanya bisa menghadapi diplomatic corps. Karena itu, salah satu sebab pilihanku jatuh kepada Pelaut Ali Sadikin. Engkau harus bisa meladeni diplomatic corps dengan bantuan Istrimu yang aku yakin pandai juga meladeni diplomatic corps.

Ada, ada yang ditakuti dari Ali Sadikin itu. Apa? Ali Sadikin itu orang yang keras. Dalam bahasa Belanda ada yang menyebutnya, een koppige vent, koppig. Saya kira dalam hal mengurus Kota Jakarta Raya ini baik juga een beetje koppigheid (sedikit keras kepala). Apalagi ndoro dan ndoro den ayu sudah tahu, tidak boleh membuang sampah semau-maunya di pinggir jalan, tapi masih banyak toh yang membuang sampah di pinggir jalan. Nah, itu perlu dihadapi oleh orang yang sedikit keras, yang sedikit koppig. Saya harap, engkau akan bisa menanggulangi segala problemen (masalah) dari kota besar Jakarta Raya ini.

Sekarang, ada saja orang-orang yang tidak mau mengerti, bahwa kota besar Jakarta ini harus mempunyai physical face yang waardig (wajah penampilan yang berharga) bagi bangsa kita yang 105 juta besarnya ini. Mereka tidak mau mengerti mengapa jalan Thamrin itu harus begitu dan mengapa jalan Sudirman akan diubah bentuknya. Tidak mau mengerti akan keberadaan masjid Istiqlal yang hebat itu, serta tidak mau mengerti mengapa Lapangan Merdeka dijadikan satu lapangan yang hebat, yang terbesar di seluruh dunia dengan di tengah-tengahnya diadakan Tugu Nasional. Jatiluhur itu apa? Karangkates itu apa? Dan waduk Cacaban itu apa?

De mens leeft niet van brood allen (manusia tidak cuma hidup dari roti). Een natie leeft niet van brood allen (satu bangsa tidak cuma hidup dari roti).

Ingatlah. Jakarta adalah ibukota kita. Ibukota Republik Indonesia. Buatlah Jakarta ini menjadi kebanggaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahkan menjadi kekaguman seluruh umat manusia di dunia ini.

Makan itu, Ali Sadikin! Hari ini engkau bisa kenyang, besok engkau bisa lapar. Tetapi ada hal-hal lain yang akan kau bawa ke alam baka, yaitu ingatlah, national pride, barang-barang yang abadi.

Saya menghendaki juga, agar bintang-bintang di langit seribu tahun lagi, sepuluh ribu tahun lagi masih menyaksikan, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Cita-citaku mengenai kota Jakarta ini akan saya supplant kepadamu, saya iris dan saya masukkan di dalam kalbumu, Ali Sadikin. Bukan pekerjaan yang mudah untuk memenuhi cita-cita yang besar. Tapi Insya Allah, doe je best (berusahalah dengan sebaik-baiknya), agar orang-orang masih mengingatmu sekian tahun lagi karena dalam engkau sungguh-sungguh dalam memegang jabatan ini. Dit heeft Ali Sadikin gedaan, inilah perbuatan Ali Sadikin. Inilah yang dilakukan oleh Ali Sadikin.

Bismillah, mulailah engkau dengan pekerjaanmu.

(dikutip dan disusun ulang dari buku "Ali Sadikin; Membenahi Jakarta Menjadi Kota Yang Manusiawi" yg disusun Ramadhan K.H, bab.1)