Rabu, 26 September 2012

Runtuhnya Plafon Kami



Ini tentang kaum-kaum yang habitatnya bersahabat dengan gunjang-ganjing-naik-turun-gak stabil-penuh dinamika-nyerempet-nyerempet maut. Maksudnya orang-orang yang dunia kerjanya gak monoton-rutin tapi kadang tenang kadang ribut dikejar hantu deadline. Khas kaum kreatif-inovatif-seni(-juga kewartawanan, mahasiswa mungkin iya). Mirip-mirip dunia tentara: Kadang damai, kadang perang. Dan mereka suka bikin perayaan tiap lolos dari deadline. Mirip-mirip dunia tentara: Kalau menang, perang usai, wah perayaannya....

Sulit memang untuk dibayangkan kaum-kaum berhabitat stabil-serba rutin-mapan-pasti-pasti saja hidupnya. Memang ini di luar gambaran kawan-kawan perbankan, atau pegawai negeri yang adem ayem itu, (atau orang kaya baru rangkap politisi yang sudah nyaman duduk di singgasana negeri atas awan yang hari-hari serba tentram baca statistik-statistik kemakmuran entah darimana-bagaimana hitung-hitungnya..)

Untuk itu kami bantu berikan ilustrasi, betapa gila dan gawat juga perayaan-perayaan lepas dari maut deadline.


I
I
I


Kira-kira begitu. Kami publikasikan gambar itu. Tapi rupa-rupanya gambaran tersebut menimbulkan citra yang tidak-tidak seolah-olah kami kaum-kaum tak stabil tapi kreatif-inovatif (yang suka dikejar hantu deadline) gemar perayaan-perayaan kemenangan gaya milisi pemberontak Libya atau rakyat Irak yang pro-sekutu pasca Saddam (atau nanti milisi Suriah pasca Assad) hingga sampai-sampai plafon dunia kerja kami pun runtuh.

Runtuh iya (demikianlah pada Rabu 18 Juli 2012 di markas BDS Bali). Perayaan agak gila iya juga. Tapi ada banyak faktor yang sangat rumit (jadi jangan terlalu cepat ambil kesimpulan, suka prasangka-prasangka) soal runtuhnya plafon kami. Untuk itu kami mencoba bersikap sangat objektip untuk luruskan gambaran-gambaran yang mencong-mencong di kepala kawan-kawan (yang sulit sekali membayangkan dunia yang kami maksudkan).

Salah satu situasi darurat deadline. Tak ada yang senyum.
Kalau deadline akhirnya berakhir. Terlihat ada senyum-senyum. (Wajar)
Ekspresi kebebasan dirayakan dengan makanan. Penuh rasa syukur nikmati jerih payah. (Masih wajar)
Mulai ada yang aneh-aneh: perayaan kebebasan dengan parade tank. (Mulai tak wajar)
Ini sudah berlebih. Merayakan kebebasan pakai bom alih-alih kembang api. (Sangat tak wajar)
Akhirnya: runtuhnya plafon kami. Runtuh tahap awal (sebelum runtuh semua dan malang nasib orang-orang ini).
Orang-orang lenyap. Mungkin tertimpa reruntuhan (kebetulan sekali yang ambil foto ini datang terlambat).


----------------

Tapi, sekali lagi, jangan terlalu cepat ambil kesimpulan tidak-tidak seolah-olah telah terjadi bencana kemanusiaan dengan korban jiwa cukup banyak.
Ternyata semua selamat. Dan untuk itu kembali dilakukan perayaan (kali ini secara wajar sekalian berbuka puasa).
 ----------------

Pelajaran berharga: 
1. Over euphoria can kill you.
2. Jangan cepat-cepat ambil kesimpulan (juga menerima cerita ini mentah-mentah).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar