Sabtu, 23 Juli 2011

‎"Tahu Imam Prasodjo?"

Saya bertanya kepada teman-teman.
Tidak ada yang tahu.
Maklum, bertanyanya kepada teman-teman arsitektur.


Imam Prasodjo bukan arsitek.
Dia sosiolog.
Tapi dia bisa mengubah wajah hitam kota menjadi lebih cerah.

Selasa, 05 Juli 2011

AUB3 #15 'Gerilya - Arsitektur' - Slide Presentasi

(Berikut ini merupakan slide powerpoint yang disajikan dalam perhelatan Architects Under Big 3 #15 'Gerilya-Arsitektur'. Penonton dipandu oleh 'paper' (dapat dibaca di bawah slide ini) yang dibagikan sebelumnya agar tidak tersesat dengan slide gambar-gambar presentasi yang bagi saya sendiri saja membingungkan. Sengaja pada tiap sesi tertentu diberi jeda layar putih kosong dan beberapa diikuti layar hitam kosong untuk memberi kesempatan menarik napas, minum, atau mencerna rangkaian slide sebelumnya.) AUB3 #15 'Gerilya -Arsitektur' errik irwan.ppt.pptx
View more presentations from Errik Wibowo

GERILYA – ARSITEKTUR

Apa itu ‘gerilya’?

AUB3 #15 'Gerilya - Arsitektur' - 'SANG ARSITEK'

(Rangkaian gambar dan tulisan berikut merupakan olah lanjut dari teaser AUB3 #15 yang aslinya dicetak dalam 4 lembar kertas format A3 landscape. Tulisan di rangkaian tersebut adalah asli dari tulisan artikel Y.B Mangunwijaya berjudul 'SANG ARSITEK' di harian Kompas tanggal 13 Mei 1976. Saya dapatkan dari firmanirmansyah.wordpress.com yang mendapatkannya dari milis IAI. Mohon maaf jika ilustrasi yang menyertainya amat bebas dan ngawur yang dirasa mengganggu)

AUB3 #15 'Gerilya - Arsitektur' - Poster dan Ceritanya

 
Ini poster hasil revisi (poster akhir yang resmi digunakan) dengan 'muatan cerita' tentang revisi itu sendiri (seperti yang saya duga apa saja yang akan direvisi 'badan sensor' panitia Architecs Under Big 3).

Di poster revisi itu disengaja penuh corat-coret sebagaimana umumnya gambar arsitek yang penuh coretan revisi. Coretan merah selain menggambarkan proses revisi dengan tidak menghapus tulisan yang lama juga akan menegaskan tentang informasi yang ingin disampaikan terutama soal penanggalan. Mungkin sekaligus mengkritik kecenderungan penggunaan penamaan Bahasa Inggris pada berbagai media kita sementara muatan pesan itu sendiri dan target utama adalah (orang) Indonesia. Bukankah presentasi nanti disampaikan dalam Bahasa Indonesia?