Senin, 11 Maret 2013

BIJI UNGGUL DAN TANAH TUMBUH

Kawan2 yg (selalu) ceria di mana saja (& moga2 selalu dimikian), perkenankan saya membagikan sebuah cerita Y.B Mangunwijaya yg kocak tapi sekaligus inspiratif-mengundang perenungan (apalagi saat masa2 sekolah dulu!). Sayang memang buku 'Impian Dari Yogyakarta', yg berisi kumpulan 'gerundelan'/unek2 Mangunwijaya seputar dunia pendidikan, sudah sulit ditemukan di rak2 toko buku. Cerita yg saya 'digitalisasi' & bagi ini ada di halaman 66-75 buku langka tersebut. Semoga pihak penerbit tidak sakit hati isi bukunya saya bajak. Dan semoga kawan2 juga tidak sakit kepala membaca (apalagi meresapi) cerita di bawah ini.
------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seandainya FPI Ketemu FPA




Kamis, 07 Maret 2013

PERSOALAN ANAK DAN "ANAK"


(berikut ini tulisan Y.B Mangunwijaya yang saya ambil dari buku kumpulan esainya seputar dunia pendidikan, "Impian dari Yogyakarta", halaman 39-43. Tulisan saya ambil utuh mengingat keunikan gaya tulis dan bahasa beliau. Semoga pihak penerbit tidak berkeberatan 'keprihatinan' Romo Mangun saya sebar lebih luas.)


ANAK perempuan tujuh tahun mengemis pura-pura loyo di muka Gedung Negara Yogyakarta. Ayahnya yang masih muda sehat kuat duduk agak jauh, minum rokok, menunggu setoran anaknya. Kalau hanya mendapat sedikit, si anak ditampar. Kepada pekerja sosial kami, si anak menyatakan ingin sekali bersekolah. Tetapi ketika kami menyanggupkan diri untuk mengasuh dan menyekolahkannya, si ayah yang gelandangan tak punya rumah, tanpa malu berkeberatan: "Kalau anak saya disekolahkan, saya hidup dari mana?" Kami bujuk rayu mati-matian, tetapi tetap tidak boleh, anak harus mengemis untuk dia. Kecuali kalau kami mau beli anaknya. "Saya jual Rp 300.000 pasti laku," katanya dingin.

Senin, 04 Maret 2013

BIARKAN SAYA MENINGGAL SEBAGAI GURU SEKOLAH DASAR


(berikut isi kliping yang saya dapat dari harian Kompas soal YB Mangunwijaya)


KETIKA Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, atau ak­rab dipanggil Romo Mangun, meninggal dunia, tanggal 10 Februari 1999, ribuan pelayat meng­hadiri pemakamannya. Tidak hanya dari kalang­an rohaniwan dan penganut agama Katolik atau masyarakat Yogyakarta saja, tetapi juga masya­rakat dari berbagai agama, suku, kedudukan, pangkat, profesi, dan lain-lain.