Sabtu, 31 Desember 2011

WELCOME 2012



Minggu, 25 Desember 2011

Selamat Natal 2011



Teman-teman....



Juga..

Jumat, 09 Desember 2011

Apakah Anda Bangga Bangsa Ini Menempati Urutan Atas Pengguna Jasa Komunikasi Maya?


Kliping
Jumat 10:00 pagi, 09 Desember 2011. Baru pulang setelah deadline dan sempat beli koran Kompas. Lihat TV dan ada JK di KompasTV. JK untuk 'Jalan Keluar' sekaligus 'Jusuf Kalla', si pemandu acara. Mereka bahas soal potensi pertanian. Isinya memilukan. Impor, impor, impor. Yang amat memalukan adalah kita impor beras, ikan, garam, dan buah. Memalukannya lagi bahwa kita impor pertanian-pertanian dari India dan Pakistan yang kering dibanding kita yang subur. Banyak sentilan dari JK yang khas itu. JK bilang kantor-kantor kita lebih besar dari kantor negara-negara tetangga. Lalu insinyur-insinyur pertanian kita lebih suka berkantor daripada bersawah. Jadinya kita serba impor. Semua tertawa. Benar itu (dan saya berpikir pasti bangga arsitek-arsitek arsitektur perkantoran kita).

Acara selesai lanjut ke koran di tempat tidur. Banyak sekali artikel bagus dari koran yang selalu tebal di hari Jumat. Lagi-lagi bertemu hal senada dengan bahasan berbeda. Ini tentang kebodohan. Juga tentang makna sebuah kebanggaan. Tema ini terus berputar-putar dalam tidur hingga ke meja studio siang harinya. Kita makin lama makin bodoh. Mungkin setidaknya makin dangkal. Dan orang dangkal senang membanggakan diri. Narsis? Siang itu saya kliping saja. Itulah kerjaan sisa siang di studio. Buat jaga-jaga perlu juga kliping digital. Banyak betul. Tapi demi tidak bodoh. 
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


"Kalau perlu, barusan buang angin pun diberitahukan ke seluruh dunia. Untuk bisa selalu update, orang terus-menerus memelototi Blackberry.
Apanya yang harus dibanggakan dengan itu semua?"


- Bre Redana -


Kompas, Jumat, 09 Desember 2011
------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------


HIPERKONSUMERISME, HIPERTEKS, HIPERMEDIA

Oleh: Bre Redana

Apakah Anda bangga bangsa ini menempati urutan atas pengguna jasa komunikasi maya? Sebagai pengguna Facebook terbesar kedua di dunia, terbesar ketiga untuk Twitter. Pengguna telepon seluler meningkat pesat dari tahun ke tahun. Lalu, sejumlah orang terinjak-injak ketika mengantre Blackberry yang dijual separuh harga di Pacific Place, Jakarta. 

Kamis, 08 Desember 2011

(Konflik) CAD Interior Menjenuhkan Di Akhir Tahun


Bagaimana Israel tahu kapan negara-negara tetangganya yang besar-besar itu akan menyerang? Gampang. Israel tinggal mengamati hiruk pikuk di rumah sakit-rumah sakit, toko-toko obat, gudang-gudang makanan, dan dapur-dapur umum negara-negara itu. Mossad (intelijen luar negeri Israel) tak perlu pakai teknologi canggih dan bermahal-mahal. Cukup laporan pandangan mata sederhana dari para pekerja biasa di tempat-tempat itu.

Kira-kira begitu juga yang terjadi di kantor-kantor di negeri ini. Termasuk juga di markas-markas dimana prajurit bersarang. Gampang jika awam ingin tahu kapan pertempuran-gila terakhir berlangsung atau bagaimana suasana batin-tugas di situ. Cukup amati hiruk pikuk benda-benda khas penghuninya. Apa mereka ada pada tempatnya atau tidak. Sebagaimana situasi serba darurat maka segala posisi umumnya serba kacau tak pada tempatnya. Gambaran sama untuk kota-kota kita sejauh ini. Serba darurat. Serba siap perang. Semua kacau. Benda-benda tidak pada tempatnya. Semua itu yang seperti kita tahu.

Cobalah berkunjung ke Markas BDS Bali penghujung akhir tahun ini. Mungkin banyak temuan menarik yang bisa menggambarkan dengan jelas suasana serba darurat siaga perang khas penghujung akhir tahun. Foto hal-hal sederhana berikut, yang diambil minggu pertama Desember 2011, mungkin cukup mewakili tanpa perlu tahu jadwal tugas yang mendekati kegilaan itu. Bahkan mungkin sudah melampaui. 

Sisa makanan

Kamis, 01 Desember 2011

Bapak Tua Kurus


Bapak Tua Kurus, Jalan Hayam Wuruk Denpasar, 29 November 2011.
Barusan saja, selagi sendirian menunggu teman di teras kafe, 
lewat seorang bapak tua kurus di tengah hiruk pikuk jalanan Hayam Wuruk Denpasar.
Bawa karung, memikul cangkul, tanpa sandal, tampak letih dan lusuh. 
Kelihatannya dia sudah bekerja keras dan berjalan kaki jauh hari ini.

Bapak tua kurus itu berhenti, menurunkan cangkul, menarik napas sejenak. 
Coba saya tawari makan dan minum. 
Tapi bapak tua kurus itu menolak. 
Dia lebih pilih lanjutkan jalan. 
Mungkin merasa itu bukan haknya. 
Seandainya dia mengemis, pasti banyak yang mau memberi. 
Tapi dia malah menolak pemberian. 
Ini aneh untuk zaman ini.

Iya juga. 
Mungkin bapak tua kurus itu kira ada alien ujug-ujug muncul. 
Alien yang coba tawari suatu eksperimen luar angkasa. 
Sesosok berpakaian aneh untuk zaman ini.
Tapi memang bolehlah salut bahwa bapak tua itu mau bekerja keras.
Mengambil hasil yang memang haknya lalu pulang ketika waktunya.  
Terus berjalan kaki tanpa istirahat untuk perjalanan yang jauh. 
Pikirannya fokus bahwa masih ada keluarga menanti di rumah.

Seperti pula anak-anak muda yang bekerja keras seharian.
Mereka buru-buru pulang dengan mobil atau motor. 
Mereka ingin berkumpul dengan keluarga atau pacarnya.
Pantaslah jika semua berebut adu cepat di jalanan kota.

-------------------------------------------------------------

Masih sendirian menunggu teman di teras kafe.

Memandangi jalanan yang makin hiruk pikuk.
Sambil sesekali melihat jam, berpikir-pikir sedang dimana teman-teman.
Seharusnya sejam lalu sudah di ruang acara. 
Menikmati diskusi-diskusi, berkenalan dengan Taman 65.
Ikut berpesta mengapresiasi buku baru.
Tapi dimana teman-teman karena kalau sendirian tak tahu jalan ke sana.

Seandainya saya jadi bapak tua kurus itu mungkin tak perlu gelisah soal buku-buku.
Bapak tua kurus kelihatannya tidak seberuntung itu.
Tidak seperti kita-kita yang punya kesempatan merayakan buku-buku.

GERILYA

Ini materi untuk Bali Creative Festival 2011.