Kamis, 01 Desember 2011

Bapak Tua Kurus


Bapak Tua Kurus, Jalan Hayam Wuruk Denpasar, 29 November 2011.
Barusan saja, selagi sendirian menunggu teman di teras kafe, 
lewat seorang bapak tua kurus di tengah hiruk pikuk jalanan Hayam Wuruk Denpasar.
Bawa karung, memikul cangkul, tanpa sandal, tampak letih dan lusuh. 
Kelihatannya dia sudah bekerja keras dan berjalan kaki jauh hari ini.

Bapak tua kurus itu berhenti, menurunkan cangkul, menarik napas sejenak. 
Coba saya tawari makan dan minum. 
Tapi bapak tua kurus itu menolak. 
Dia lebih pilih lanjutkan jalan. 
Mungkin merasa itu bukan haknya. 
Seandainya dia mengemis, pasti banyak yang mau memberi. 
Tapi dia malah menolak pemberian. 
Ini aneh untuk zaman ini.

Iya juga. 
Mungkin bapak tua kurus itu kira ada alien ujug-ujug muncul. 
Alien yang coba tawari suatu eksperimen luar angkasa. 
Sesosok berpakaian aneh untuk zaman ini.
Tapi memang bolehlah salut bahwa bapak tua itu mau bekerja keras.
Mengambil hasil yang memang haknya lalu pulang ketika waktunya.  
Terus berjalan kaki tanpa istirahat untuk perjalanan yang jauh. 
Pikirannya fokus bahwa masih ada keluarga menanti di rumah.

Seperti pula anak-anak muda yang bekerja keras seharian.
Mereka buru-buru pulang dengan mobil atau motor. 
Mereka ingin berkumpul dengan keluarga atau pacarnya.
Pantaslah jika semua berebut adu cepat di jalanan kota.

-------------------------------------------------------------

Masih sendirian menunggu teman di teras kafe.

Memandangi jalanan yang makin hiruk pikuk.
Sambil sesekali melihat jam, berpikir-pikir sedang dimana teman-teman.
Seharusnya sejam lalu sudah di ruang acara. 
Menikmati diskusi-diskusi, berkenalan dengan Taman 65.
Ikut berpesta mengapresiasi buku baru.
Tapi dimana teman-teman karena kalau sendirian tak tahu jalan ke sana.

Seandainya saya jadi bapak tua kurus itu mungkin tak perlu gelisah soal buku-buku.
Bapak tua kurus kelihatannya tidak seberuntung itu.
Tidak seperti kita-kita yang punya kesempatan merayakan buku-buku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar