Senin, 16 Desember 2013

Indonesia Negeri Tak Beriman


Senin, 18 November 2013

Gedung SI (Sarekat Islam)



#gedungsarekatislam #kotasemarang #komunis #tanmalaka

Sabtu, 16 November 2013

Semarang Bener-Bener Tenggelam

#semarang #festivalfilmsains

Senin, 04 November 2013

Pemuda-Pemudi Sekarang



Inspirasi dari twit @agamajinasi 31 Oktober 2013 ketika ngomongin pendidikan dan kasta sosial.

Rabu, 09 Oktober 2013

Karena Ketidaktahuan

walaupun saya tidak pernah melihat Tuhan
bukan berarti Tuhan tidak ada
kalaupun saya pernah merasakan Tuhan
bukan berarti Tuhan itu ada

saya tidak tahu Tuhan ada atau tidak

Tuhan itu misteri

misteri indah karena ketidaktahuan

Selasa, 27 Agustus 2013

KeKunoKiniNanti


#kunokininanti


Sabtu, 17 Agustus 2013

Jembatan Kemerdekaan Tahun ke-68




Kamis, 15 Agustus 2013

Belum Setahun Jokowi-Ahok




Senin, 29 Juli 2013

Catatan Senin Dini Hari


Sehabis pulang kumpul-kumpul sambut kawan yang 'resign' dari biro arsitek besar di Jakarta, saya lihat bapak tua duduk di parkiran Indomaret Sumurboto. Bapak itu terlihat kelelahan. Dia berjualan kerupuk dengan berkeliling jalan kaki. Kelihatannya dagangannya hari ini kurang sukses. Kerupuk-kerupuknya masih bertumpuk. Sempat saya lihat bapak itu tertidur. Mungkin dia sudah tak bisa tahan kantuk. Maklum ini sudah tengah malam. Lalu, dengan pelan, bapak itu terbangun. Dua anak muda beli beberapa plastik kerupuknya.

Saya kasihan, tapi juga senang karena lihat ada yang beli kerupuknya. Saya tidak ikut beli. Saya cuma berpikir kami yang tadi kumpul lebih beruntung dari bapak itu. Sambil lalu saya merenung kami seharusnya bersyukur. Entah bagaimana  rasanya kalau saya sendiri di posisi bapak itu: "tak bisa 'resign' dari pekerjaan."

Jumat, 26 Juli 2013

FPI dan Pesawat Penyelamat



Kita tidak akan pernah menjangkau angkasa luar, 
apalagi bikin koloni menghindari bumi kiamat, 
kalau waktu kita masih dihabiskan buat urusi simbol-simbol 
dan berperilaku seolah kebenaran mutlak sudah kita pegang erat-erat.
- - -

Selasa, 16 Juli 2013

Perpus


Dulu, sekitar 6-7 tahun lalu, saya pernah ke perpuswil di jl. Sriwijaya Semarang. Saya disambut sikap tak ramah pegawai di resepsionis ruang baca. Dengan muka cemberut dia suruh saya tinggalkan tas pinggang mungil isi alat tulis yang selalu melekat di badan saya. Sejak itu saya gak mau lagi ke perpus yang ternyata koleksinya dan suasananya gak bagus-bagus amat.

Siang tadi saya ke perpus Unika Soegijapranata. Sudah sering saya nongkrong di sana terutama di lantai 5. Biasanya gak ada yang permasalahkan atribut standar saya: rompi angkut serba-guna. Tapi siang tadi seorang ibu yang tugas jaga suruh saya lepas rompi sambil tunjuk untuk isi kotak daftar pengunjung yang sebetulnya gak pernah ada yang hirau. Katanya, dengan sikap gak asik, rompi saya bisa aja buat selundupin buku perpus. Untung saya sabar dan cinta damai. Kalo tidak, ibu resek itu sudah saya tendang pantatnya. Apalagi kalo dia gak perlakukan hal yang sama buat walikota atau gubernur yang juga berompi safari.

Yang saya gerundelkan sebetulnya adalah sikap tidak ramah pegawai-pelayan tadi. Mentang-mentang yang dilayani tampilannya kayak penjual koran keliling tapi harusnya sikapnya tetaplah ramah murah senyum penuh simpatik meski sedang memberi peringatan. Apalagi ini di tempat di mana pemerintah dan berbagai pihak mati-matian bikin ajakan untuk berkunjung ke situ untuk memanfaatkan koleksi bacaannya. Kalo tak terpaksa karena tugas kuliah, perpus kampus ini saya yakin bakal sepi-mati. Udah ruangannya suram, koleksinya itu-itu saja, internetnya lambat, pelayannya bikin pengunjung ingin tendang pantatnya. Payah.. payah..

Ini beda dengan toko buku-toko buku besar di kota kita. Saya sering ke Gramedia. Di kota manapun selalu saya sempatkan ke toko buku itu kalo ada. Biasanya saat masuk saya cuma titip tas gantung dan jaket di penitipan. Rompi dan tas pinggang tetap saya pakai. Tapi kadang-kadang pelayannya suruh saya tetap pakai atribut ribet itu. Mungkin karena kasihan ngelihat saya keribetan mau lepas atribut-atribut itu. Di toko buku Gunung Agung pun begitu. Pelayanan toko buku-toko buku itu ramah-ramah. Sering mereka tawarkan tas belanja ketika melihat saya genggam banyak buku. Sistem informasinya juga bagus. Kalo ada buku yang dicari tapi tidak ketemu atau habis stoknya maka mereka siap pesankan dan hubungi kalo buku itu datang. Sering saya berlama-lama di toko buku, ngadem sambil bolak balik isi buku, dan pelayan-pelayan tetap senyum ramah gak cari-cari masalah. Kalo mau tutup juga tidak perlu sampai pasang muka usir pengunjung. Cukup musik lembut yang orang sudah tahu artinya: ini saatnya pulang dan bobok.

Toko buku 'terbatas' macam Aksara di Kemang, Jakarta, juga asik. Buku-bukunya bermutu, langka, apalagi kalo berhubung dengan arsitektur dan desain macem-macem. Musiknya juga gak umum-pasaran tapi enak buat telinga dan pikiran progesif kita. Pengalaman berkunjung ke situ makin kaya dengan suasana ruang yang ditata apik. Nah, ini yang bikin saya selalu senang ke sana: pelayannya anak-anak muda dan cantik-cantik plus ramah murah senyum. Modis-cantik khas anak urban-kampus metropolis Jakarta. Ini bikin saya jadi ingin berlama-lama urus transaksi di kasir seolah-olah banyak betul urusan terkait beli buku, beda dengan di meja pemerintah yang bawaannya serba ingin cepat-cepat selesai tapi malah di lama-lamain oleh pemerintah.

Itulah beda antara perpus pemerintah, perpus kampus, dan toko buku baik besar kecil. Bahkan kios buku pun penjualnya lebih ramah dan simpatik dibanding perpus besar pemerintah yang sepertinya malas berubah karena sudah merasa besar dengan menyandang nama pemerintah. Kalo saya walikota, gubernur, mentri, apalagi presiden, bakal saya tendang itu pelayan-pelayan perpus tua-cemberutan-arogan, apalagi yang berani larang saya pakai rompi. Perpus-perpus perlu modis, cantik, dan segar, tentu terutama pelayannya.

Mungkin nanti setelah pantat pejabat-pejabat purba di pemerintahan kita tendangi baru perpus-perpus kita bisa begitu.

Senin, 24 Juni 2013

Si Jendral BDS Bali Dalam Video

Saya gak sengaja ketemu video kuliah umum Putu Mahendra di Arsitektur UPH. Apa yang dibicarakan sebetulnya apa yang biasa 'Jendral' Putu sampaikan hampir di tiap kesempatan bicara-kuliah umum, di mana saja. Itu tentang proses kerja di studio Bensley Design Studios Bali. Para prajurit BDS Bali tentu sudah jenuh mendengar cerita yang disampaikan. Tapi saya, dan mungkin para mantan prajurit BDS Bali lainnya, seperti seolah ditarik kembali masuk dalam kisah seperti yang disampaikan Si Jendral.

Terima kasih buat teman-teman UPH yang sudah berbagi video-video ini (sementara video yang saya rekam malah rusak).

Kuliah Umum Keprofesian Putu Mahendra Bensley Studio Part1 

Kuliah Umum Keprofesian Putu Mahendra Bensley Studio Part2

Kuliah Umum Keprofesian Putu Mahendra Bensley Studio Part3

Kuliah Umum Keprofesian Putu Mahendra Bensley Studio Part4

Kuliah Umum Keprofesian Putu Mahendra Bensley Studio Part5

Rasanya seperti sudah bertahun-tahun saya tinggalkan BDS. Padahal baru sekitar 6 bulan lalu.

Sekarang Senin, 26 Juni 2013, jam 5 pagi. Sementara saya mengenang masa-masa deadline gambar tak berkesudahan di BDS, nyata-nyata saat ini sekian gambar menunggu musti saya selesaikan. Kalau dulu di BDS gambar arsitektur, yang sekarang di rumah Semarang gambar ilustrasi.

Enam bulan. Tentu sudah banyak berubah...

 

Selasa, 18 Juni 2013

SBY-Naik-BBM-Goblok


Di Bali saya lihat macet. Di Jogja juga macet. waktu ke Solo juga kena macet.

Semarang sekarang macetnya juga gila-gilaan. Tembalang, tempat tinggal saya, yang 3 tahun lalu masih terasa kampung sekarang udah kayak Sudirman-Thamrin. Macetnya.

Saya pikir dikuranginya subsidi BBM bisa jadi momentum buat ubah diri lebih disiplin dalam berkendara. Juga lebih kreatif dalam bertransportasi.

Semoga duit pengalihan subsidi BBM bisa buat bikin infrastruktur-infrastruktur yang lebih baik. Jadi suatu saat kalo saya hidup di perbatasan Indonesia tak perlu tunggu 1-3 bulan untuk dapat kiriman logistik. Juga tak perlu tunggu 1-3 bulan buat cek twitter dan fesbuk.

Bukan main memang besar Indonesia ini!

:)

Senin, 17 Juni 2013

Lennon, Ono, Sagmeister, Hundertwasser, dan KPK



Kamis, 06 Juni 2013

Sukarno-Ku 6 Juni 2013


Ini Kamis, 6 Juni.
Kebetulan di 2013 tanggal merah peringati  Israj Miraj.
Kebetulan saya juga punya banyak kenangan bahagia yang berujung menyedihkan yang diawali hari ini setahun lalu. Tapi 6 Juni 2013 ini saya ingin fokus pada ulang tahun Sukarno saja sebagai bahan dikenang-kenang.

Saya cari kutipan Sukarno di internet. Ketemu banyak. Tapi sayang sekali kebanyakan sudah klise hingga nyaris cuma jargon buat keren-kerenan anak muda dan politisi saja (ya, saya masih begitu juga sih..). Tapi paling tidak saya ketemu satu kutipan
yang belum terlalu klise yang pas buat twitter saya pagi ini:
“Bebek berjalan berbondong-bondong, akan tetapi burung elang terbang sendirian.”
Kebetulan pagi buta ini saya lagi keluyuran sendirian sehabis lembur bikin draft komik pelestarian cagar budaya di fesfud KFC Banyumanik yang selalu ramai. Jadi ada penghayatan betul atas status itu. Imajinasi terbang layaknya elang tapi sebetulnya lagi naik motor sendirian.

Minggu, 02 Juni 2013

'Saya Prihatin' Dapat Penghargaan






Kamis, 23 Mei 2013

Cinta Basi dan 15 Tahun Reformasi



Senin, 13 Mei 2013

Mohon Pencerahannya

Saya amati anak muda zaman internet ini punya 'pede' (pd: percaya diri) cukup tinggi. Mereka berani unggah karya mereka, apapun bentuknya, ke ruang publik ramai. Hebatnya lagi (ini yang bikin saya bilang mereka pedenya tingkat tinggi) mereka mengundang siapa saja untuk beri komentar. Bahkan (ini yang bikin saya kagum!) memohon nasehat dan kritik pedas dari siapapun. Dengan mantap mereka sampaikan,

"Mohon pencerahannya gan!"

Rabu, 24 April 2013

Mana Muda-Mudi Kapal?!


Senin, 08 April 2013

Arsitektur Tanpa Malu

Seringkali arsitektur dijadikan alat poles/make up wibawa ato gengsi pemerintah (dan juga swasta/individu). Arsitek sih seneng2 aja kalo dapet proyek gede, gagah, gigantik, serba heroik. Tapi kalo karya begitu berdiri di tengah kemiskinan rakyat kebanyakan (yg nyata2 ada, rahasia umum, tinggal jalan sedikit aja keluar gedung pasti nemu), wah, rasanya arsitektur demikian kok malah bikin miris.

Senin, 11 Maret 2013

BIJI UNGGUL DAN TANAH TUMBUH

Kawan2 yg (selalu) ceria di mana saja (& moga2 selalu dimikian), perkenankan saya membagikan sebuah cerita Y.B Mangunwijaya yg kocak tapi sekaligus inspiratif-mengundang perenungan (apalagi saat masa2 sekolah dulu!). Sayang memang buku 'Impian Dari Yogyakarta', yg berisi kumpulan 'gerundelan'/unek2 Mangunwijaya seputar dunia pendidikan, sudah sulit ditemukan di rak2 toko buku. Cerita yg saya 'digitalisasi' & bagi ini ada di halaman 66-75 buku langka tersebut. Semoga pihak penerbit tidak sakit hati isi bukunya saya bajak. Dan semoga kawan2 juga tidak sakit kepala membaca (apalagi meresapi) cerita di bawah ini.
------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seandainya FPI Ketemu FPA




Kamis, 07 Maret 2013

PERSOALAN ANAK DAN "ANAK"


(berikut ini tulisan Y.B Mangunwijaya yang saya ambil dari buku kumpulan esainya seputar dunia pendidikan, "Impian dari Yogyakarta", halaman 39-43. Tulisan saya ambil utuh mengingat keunikan gaya tulis dan bahasa beliau. Semoga pihak penerbit tidak berkeberatan 'keprihatinan' Romo Mangun saya sebar lebih luas.)


ANAK perempuan tujuh tahun mengemis pura-pura loyo di muka Gedung Negara Yogyakarta. Ayahnya yang masih muda sehat kuat duduk agak jauh, minum rokok, menunggu setoran anaknya. Kalau hanya mendapat sedikit, si anak ditampar. Kepada pekerja sosial kami, si anak menyatakan ingin sekali bersekolah. Tetapi ketika kami menyanggupkan diri untuk mengasuh dan menyekolahkannya, si ayah yang gelandangan tak punya rumah, tanpa malu berkeberatan: "Kalau anak saya disekolahkan, saya hidup dari mana?" Kami bujuk rayu mati-matian, tetapi tetap tidak boleh, anak harus mengemis untuk dia. Kecuali kalau kami mau beli anaknya. "Saya jual Rp 300.000 pasti laku," katanya dingin.

Senin, 04 Maret 2013

BIARKAN SAYA MENINGGAL SEBAGAI GURU SEKOLAH DASAR


(berikut isi kliping yang saya dapat dari harian Kompas soal YB Mangunwijaya)


KETIKA Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, atau ak­rab dipanggil Romo Mangun, meninggal dunia, tanggal 10 Februari 1999, ribuan pelayat meng­hadiri pemakamannya. Tidak hanya dari kalang­an rohaniwan dan penganut agama Katolik atau masyarakat Yogyakarta saja, tetapi juga masya­rakat dari berbagai agama, suku, kedudukan, pangkat, profesi, dan lain-lain.

Selasa, 19 Februari 2013

Lucunya Kurikulum 2013




Senin, 18 Februari 2013

Catatan (Lain) dari Diskusi 'MENGANGKAT NILAI KOTA LAMA MELALUI SKETSA'


Pemandangan yang saya lihat sore ini tak biasa: orang buang air besar di selokan tepi jalan besar, rombongan pemulung berkarung besar, gelandangan-gelandangan tua, orang mengencingi tembok, gubuk kumuh, jalan becek, sampah-sampah, dinding kuno-eksotis-lebih karena tak terawat, lalu anak-anak muda sibuk jepret sana-jepret sini tapi tetap fokus jepretnya ya si anak-anak muda ini (inflasi kamera bikin siapa saja jadi fotografer dan model dalam sekejap) dsb-dsb.

Bukan Main!

Jumat, 15 Februari 2013

Gimana Mbikinnya




Kamis, 14 Februari 2013

Pegawai Bank dan Arsitek