Minggu, 31 Oktober 2010

Operasi Teras Atas Garasi (9)

"Novel" pengamatan tim lapangan pekan kedua.  Lebih lengkapnya (dengan video-video proses pengerjaan) bisa lihat di http://ajmariendo.blogspot.com/2010/10/operasi-teras-atas-garasi-bagian-ix.html
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Air Susu Dibalas Dengan Air Tuba
“Amar (Nama samaran-red), aku terus terang benar-benar sibuk sekali minggu ini, terlebih bila kontrak diperpanjang. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan ataupun memikirkannya”, geram AJM (Mulai saat ini, istilah penulis akan diubah menjadi AJM-red). “Halah, kamu itu... nyante aja kali. Ndak usah dibikin stres. Jalanin aja. Rileks aja gitu lho!”, timpal Amar sembari meninggikan nadanya. “Bukannya stres, tapi memang semuanya butuh prioritas,dong. Aku juga ndak tahu kelak, apakah aku masih bisa bertahan atau tidak. Satu hal yang pasti, bahwa aku benar-benar akan intens pada proyek ini hingga usai!”, bantah AJM. Seketika itu pula, angin seakan-akan berbisik kegirangan menembus kalbu. Keegoisan mereka membuat kelembutan bulan seketika sirna. Bintang-bintang hendak mencucurkan air mata keperihan. Menit tanpa makna berlangsung mengambang, tanpa nada dan ekspresi. “Oke, terserah lah”, tiba-tiba AJM memulai pembicaraan dengan nada mengalah. “Oh ya, kemarin yang majalah digital sudah aku share lewat blogku lho”, timpal AJM dengan tujuan baik, bermaksud mengalihkan pembicaraan dengan topik yang lebih edukatif. “Lho, buat apa? Ndak perlu kali, ngapain kayak gitu aja dishare, yang bener aja!”, timpal Amar seakan-akan hendak melenyapkan kesunyian. “Lho, tujuanku itu baik lho. Lagian, aku berusaha membagikan informasi untuk orang lain. Apa semua itu salah?”, timpal AJM seraya kecewa. “Ya, harusnya kamu itu bisa bedain lah, mana yang bisa dibuat share apa ndak. Kayak gitu aja langsung dishare. Buat ‘hal’ (Maksudnya adalah majalah digital sepanjang dua puluh halaman-red) kayak gitu aja gampang kok. Tau ndak, aku aja buat majalah itu paling sepuluh atau lima belas menit jadi, kok!”, sambar Amar dengan nada penuh amarah dan congkak. “Kayak gitu aja ndak bisa...”, sambar Amar dengan nada keji dan mengecam. Entah kicauan apa lagi yang ia keluarkan untuk menyingkirkan AJM. Yang jelas, seketika itu pula, AJM bergegas meninggalkan lokasi tersebut. Kesal, marah, serta kecewa terpampang jelas menghiasi raut wajah AJM. Sebenarnya, AJM bermaksud baik hendak mempromosikan hasil majalah digital pertama yang telah diterbitkan oleh Amar. Jangankan pujian ataupun terima kasih, caci maki segera menghantam sanubari AJM sampai menyebar masuk ke celah-celah sumsum tulang. Setelah peristiwa tersebut, AJM lebih memilih untuk mengacuhkan blog komunitasnya ketimbang mendapatkan durian runtuh untuk kesekian kalinya.


‘Kasih’ Tak Sampai
Percaya atau tidak, kejadian yang sebenarnya sangat sepele atau bahkan tidak perlu untuk diperdebatkan tersebut cukup mempengaruhi keseimbangan berpikir AJM (Pada awalnya-red). Namun, penulis berusaha setenang mungkin mengambil hikmah kejadian tersebut. Selanjutnya, apakah yang dilakukan oleh AJM? Tentu saja AJM memilih untuk menyelesaikan Operasi Sumur Boto ini (Mengingat perjanjian kontrak pekerjaan ini telah lebih dahulu disetujui oleh AJM-red). Terus terang saja, mengakhiri pekan kedua dengan kejadian ‘kecil’ tersebut seakan-akan melenyapkan segudang rencana AJM. Namun, pada tahap inilah, AJM sendiri dituntut untuk lebih matang dalam menyikapi semua hal, terlebih menyangkut skala kematangan berpikir kedepan. Lantas, bagaimana kegiatan operasi ini pasca insiden ‘kecil’ tersebut? Apakah kualitas proyek kedepannya akan terusik? Jawabannya adalah, tidak. Mengapa demikian? Sangatlah sederhana ketika AJM lebih memilih untuk melupakan kegiatan-kegiatan dilur proyek ‘sejenak’ membuat performa proyek ini meningkat. Alhasil, pekan kedua dirasa penuh berkah serta maraknya penemuan-penemuan gagasan segar yang lebih kreatif. Kali ini, kami akan mengajak Anda untuk melihat sisi-sisi kreatif tentang bagaimana proses proyek yang dikerjakan dengan ‘rasa’ yang begitu khasnya.

Melampaui Pekan Kedua
Mentari meloncat kegirangan sembari mengawasi awan-awan keji yang hendak menghardiknya. Seperti biasa para pekerja telah menikmati permainan adu keahlian tersebut. Keenam pekerja melakukan kegiatan tersebut sembari berkicau riang. Dengan semangat yang baru, seakan-akan kegetiran hati sirna, seusai menempatkan ‘bebek’ kesayangannya di parkiran, AJM bergegas mendokumentasi aktivitas paralel para pekerja.  Pak Imron, selaku kepala pekerja, segera menghampiri AJM seraya berkata, “Mas, nanti untuk railling tempat duduknya, saya tambahkan balok pada bagian tengahnya. Hal ini bertujuan agar anak-anak dapat beraktivitas disini dengan lebih leluasa”. “Oh, iya, Pak. Bangkunya dibuat seperti itu malah lebih baik, jadi rasa aman juga lebih dipikirkan”, timpal AJM. “Oh ya, Mas, bagaimana dengan desain railling tangganya? Bila desainnya sudah jadi, saya harap Mas segera memberikan print outnya karena kami akan segera mengerjakannya”, tutur Pak Imron. “Iya, Pak. Memang untuk saat ini, kami masih memproses data-datanya yang kelak akan kami cetak. Pak, kapankah lantainya sudah bisa dihaluskan? Mengingat batas tempo semakin singkat, kami menghendaki agar Pak Imron beserta rekan Bapak segera mengambil langkah memfokuskan pekerjaan pada bagian lantai”, timpal AJM berapi-api. “Iya, Mas. Ini sambil menyelesaikan semua cor-corannya dulu. Setelah semuanya usai, kami segera membereskan pola lantainya”, hela Pak Imron. “Oke, Pak. Mungkin itu dulu yang dapat kami jelaskan. Terima kasih ya, Pak!”, timpal AJM sembari mengakhiri perbincangan hangat tersebut.
Tampak sekilas bahwa proyek ini telah usai. Benarkah hal tersebut? Apakah penyelesaian akhir telah dikerjakan secara maksimal? Bagaimana dengan perubahan-perubahan desain yang terjadi, antara desain terencana dengan desain terbangun? Apakah proses penciptaan ‘rasa’ proyek sudah mulai berhasil diterapkan? Secara perlahan namun pasti, semua jawaban-jawaban diatas pun mulai terjawab dengan lantang (Hal-hal seperti ini sangatlah patut untuk disyukuri!-red).

Kisah Kayu
Deru paku semakin sering menempa kemolekan kayu-kayu nan angkuh. Hiruk pikuk teriakkan suara para pekerja membuat terik siang semakin melekat di sanubari. Tampak raut derita setiap balok kayu, mengerang pelan seakan-akan tak terdengar oleh siapa pun. Goresan-goresan kecil yang ditimbulkan akibat kedengkian teriknya mentari bercampur tikaman dingin butir-butir air, memberikan luka yang cukup mendalam bagi kayu-kayu tersebut. Sesosok pria yang berperawakan sedang dan tegap segera menghampiri AJM seraya berkata, “Mas, penutup atap PVCnya sudah datang. Mereka (Orang-orang yang menghantarkan material-material tersebut-red) baru saja menghantarkannya pagi tadi. Andai penutup atapnya dibiarkan lebih lama terbuka langsung (Tentu saja tanpa pelapis pernis-red), maka kondisi kayu akan memburuk sedemikian cepatnya. Pasti itu, Mas”, tutur Pak Imron dengan penuh keyakinan. “Oh iya, Pak. Bagus lah. Pada akhirnya, penutup atap berhasil dipasangkan sehingga kayu dapat segera ‘diselamatkan’. Lantas, kapankah kerai-kerai segera dipasangkan? Saya sudah tidak sabar ingin menyaksikan keindahan ‘mereka’, Pak. Hahahaha....”, timpal AJM. “Kalau soal itu, tentunya harus diprioritaskan terlebih dahulu, Mas. Pertama-tama, kita akan menyelesaikan pemasangan atap PVCnya secara menyeluruh. Setelah itu, baru kerai-kerai dapat dipasangkan dengan indahnya persis dibawah kemegahan PVCnya, Mas”, timpal Pak Imron dengan penuh keyakinan. “Baiklah kalau begitu, Pak. Berarti untuk masalah tersebut dapat ditangani secara baik. Lantas, bagaimana dengan jumlah kayu-kayunya, Pak? Apakah sesuai dengan spekulasi awal bahwa kayu-kayu tersebut bakal berlimpahan (Maksudnya adalah tersisa banyak sekali-red)?”, timpal AJM penuh selidik. “Wah, Mas. Kayu-kayunya malah bakal kurang banyak sekali... Ternyata kebutuhan balok-balok kayu akan bangku tersebut kurang. Hal ini disebabkan selang rongga permukaan tempat duduk bangku dipersempit. Dengan kata lain bahwa mempersempit rongga berarti sama halnya dengan menambah balok-balok kayu sebagai pengisi rongga”, tutur Pak Imron dengan penuh keyakinan. “Oh, iya-iya, Pak. Memang, ketika rencana awal bangku dibuat demikian, kami belum menguji coba secara langsung. Kemudian, beberapa hari yang lalu, kami mencoba untuk menduduki bangku. Memang benar bahwa kami merasa kurang nyaman ketika menduduki bangku tersebut dalam tempo yang relatif lama, apalagi bila kami hendak menggunakan bangku tersebut sebagai tempat untuk berirtirahat. Wah, pasti rasanya akan sakit...”, timpal AJM dengan antusiasnya.
Memang, perlu diakui bahwa perencanaan bangku itu sendiri telah mengalami revisi beberapa kali, bahkan ada yang disebabkan oleh kesalahan yang mungkin dapat dianggap sepele, namun fatal bila dibiarkan, seperti standar kenyamanan (Melingkupi aktivitas tidur dan duduk-red). Sebagai contoh, jarak awal rongga cukup lebar, yaitu lima sentimeter. Akan tetapi, ketika AJM beserta rekannya (Diaz Drie-red) mengujicoba kenyamanan bangku tersebut, alhasil, keduanya segera mendapatkan ide untuk merevisi secara spontan (Tanpa sketsa maupun lembar kerja lagi!-red). Kami langsung saja menegaskan kepada Pak Imron agar setiap rongga pada bangku untuk dibuat lebih sempit. Hasil akhirnya, kami membuat jarak rata-rata rongga pada bangku berkisar tiga sentimeter. Apakah kami cukup yakin dengan perubahan tersebut? Tentu saja tidak semudah itu. Setelah revisi berhasil diterapkan, kami segera mengujicoba kenyamanan bangku tersebut. Raut-raut kegundahan seketika sirna mendadak tergantikan oleh ekspresi kepuasan AJM. Lantas, bagaimana para pekerja menangani kekurangan pasokan kayu bengkirai?
Seperti biasa, perubahan cuaca nan sedemikian ekstrim, terasa bagaikan dua musim dalam skala tahunan bercampur menjadi satu hari. Seperti yang telah diprediksi sebelumnya bahwa awan-awan keji kian memenuhi cakrawala, membuat mentari kian terpuruk dalam kekelaman pasti. Untungnya, keberadaan PVC pada posisi masing-masing, sebagai tanda kesetiaan mereka, melundungi insan-insan dari permainan alam. Bagaikan enam perisai melebur menjadi satu perisai nan kokoh. Setiap para pekerja mengambil posisi masing-masing. Dua pekerja bekerja menghaluskan permukaan lantai seolah-olah hendak melahap maut sembari berkongkow. Dua pekerja lain asyik menimang-menimang balok kayu dengan raut hendak meminta diperhalus. Pak Imron serta seorang pemuda lainnya (Pekerja baru-red) sibuk menata kerai-kerai yang masih terjuntai nakal dibawah genggaman mereka. Alunan melodi tembang EGP dan Keong Racun (Judul-judul tembang bergenre dangdut-red) semakin memprovokasi para pekerja untuk bersaut-sautan dengan nakalnya.
Kericuhan semakin merajalela menindas keheningan. Selang beberapa saat, AJM beserta rekannya (Kali ini, Ayu mendadak hadir. Satu hal yang pasti bahwa tak ada seorang pun di lokasi kejadian yang mengetahui kapan sosok gadis mungil dengan paras sedikit melebar tersebut muncul-red). “Hahahaha... Nda’an kalian pada denger tuh bapak-bapaknya... hahahaha... kacau tuh... hahahaha... wagu... hahahaha... lucu... hahahaha... hahahaha...”, timpalnya sembari terpingkal-pingkal layaknya seorang anak kecil yang hendak meminta asi ibundanya (Kita akam melewati bagian yang kurang penting ini-red). “Mari, kita lanjutkan berdiskusi di dalam rumah, oke!”, tutur AJM sembari meredakan kekacauan tersebut (Setidaknya berlaku bagi AJM, tidak bagi mereka yang menikmati suasana tersebut!-red).
Desain Akhir Bangku
 Proses Pemasangan Bangku
 Sistem Sambungan Kayu Railling Dengan Paku
Desain Pintu Railling Tangga Yang Menyerupai Kolom
Desain Railling Tangga
Setali Tiga Uang
Tak pelak lagi, selalu saja muncul perselisihan diantara analisis pemikiran tertulis dengan fakta lapangan langsung. Jumlah pasokan kayu yang pada spekulasi awal menunjukkan sesuatu pertanda berkelimpahan mendadak kurang secara signifikan. Pasalnya, dalang dari semua insiden tersebut adalah kebutuhan kayu atas pembuatan railling-railing beserta bangkunya. Spekulasi kebutuhan kayu-kayu awal didasarkan atas desain awal yang pernah dikemukakan sang arsitek ketika proyek belum terlaksana. Terang saja, desain awal yang terbilang cukup sederhana memang membutuhkan balok-balok kayu yang relatif sedikit. Ada sebab pasti ada akibat. Solusi akan revisi desain perlu ditinjau lebih menyeluruh, termasuk dalam hal pasokan material-material yang dibutuhkan (Hal ini sebagai bahan pembelajaran awal-red).
“Pak Imron, bagaimana dengan kayu-kayu yang belum dikirimkan hingga sekarang? Apakah memang setiap kali pemesanan membutuhkan tempo yang relatif lama? Jangan-jangan, semuanya baru akan datang setelah proyek ini selesai, ya?”, tutur AJM dengan penuh selidik. “Ya, beginilah, Mas. Memang kemarin, ketika kami memesan kayu-kayu bengkirai tersebut, kebetulan persediaan mereka lumayan banyak. Akan tetapi, bila kami harus memesan dalam kurun waktu dekat ini, terus terang saja persediaan kayunya belum ada”, timpal Pak Imron. “Um...begitu ya, Pak...?”, gumam AJM dengan nada datar. “Tenang saja, Mas. Kendati demikian, kita bisa menggunakan alternatif kayu lainnya. Memang sih, jenis kayu yang baru ini tidak sekuat kayu bengkirai, tetapi kualitasnya juga oke kok, Mas”, timpal Pak Imron terburu-buru.
 Solusi persediaan material tampak terpecahkan dengan baik. Kendati demikian, para pekerja tetap menggunakan sistem bekerja secara pararel. Ketika persediaan material kayu habis, maka pekerja yang semula menangani bidang tersebut segera beralih membantu pekerjaan rekannya yang lain. Sistem pararel inilah yang mengingatkan kita akan semangat kegotong royongan yang telah kita pelajari sejak masa kanak-kanak. Tak di pungkiri lagi bahwa dengan bekerja secara gotong royong, berarti kita telah menghemat waktu secara efisien. Maka dari itu, pembaca dapat membandingkan proses keseluruhan proyek mulai dari awal hingga saat tulisan ini dibuat pada edisi khusus galeri yang diterbitkan setiap pekan (Tentu saja jadwal release edisi khusus kali ini serempak dengan jadwal release tulisan ini-red).
Suasana Tanggal 22 Oktober 2010
 Suasana Tanggal 23 Oktober 2010 Di Kala Siang
Suasana Tanggal 23 Oktober 2010 Di Kala Sore
Suasana Tanggal 25 Oktober 2010 Pra Hujan
Suasana Tanggal 25 Oktober 2010 Pra Hujan
Suasana Tanggal 25 Oktober 2010 Pasca Hujan
Suasana Tanggal 25 Oktober 2010 Pasca Hujan
Suasana Tanggal 26 Oktober 2010 Kala Sore
Suasana Tanggal 27 Oktober 2010 Kala Siang Pra Hujan
Suasana Tanggal 27 Oktober 2010 Kala Siang Pra Hujan
Suasana Tanggal 27 Oktober 2010 Kala Siang Pasca Hujan
Ada Gula Ada Semut
Keseimbangan seakan enggan muncul. Bagitu halnya dengan aktivitas yang sedemikian cepatnya berlalu. Kami seakan-akan baru saja tiba pada lokasi proyek yang kemudian segera diusir oleh kepanikan waktu. Melampaui dua pekan seakan-akan baru melampaui dua hari saja. Memang benar, seperti yang diperkirakan oleh AJM sebelumnya, bahwa menggeluti pekerjaan proyek ini sama halnya dengan mengabaikan segudang aktivitas lainnya. Kendati demikian, AJM tampak sangat menikmati pilihannya. Entah apa dikata, komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan ini hingga tuntas patut dipertahankan karena hal ini sangatlah menyangkut akan integritas pribadi. Goresan kekecewaan lambat laun sirna dari wajah AJM (Baca air susu dibalas dengan air tuba-red), terbukti ketika keesokan harinya, AJM dengan penuh semangat menanyakan perkembangan proses pekerjaan sehari sebelumnya. Para pekerja menjawab pertanyaan AJM dengan penuh keyakinan bahwa semuanya sesuai dengan yang direncanakan. Cucuran keringat kian membasahi tubuh, penuh rasa penat, seakan-akan hendak mencampakkan diri ke dalam lautan es. Hal ini sebagai pertanda bahwa teriknya mentari mampu menghanguskan bumi. Seketika dari belahan bumi lainnya, muncul kembali awan-awan nan keji yang siap membumihanguskan kekuasaan mentari. Karuan saja, tetes demi tetes duka mulai melenyapkan keceriaan.
Segera saja, terlintas ide untuk mendokumentasi aktivitas di kala hujan. Apa boleh dikata, kesunyian merajalela melahap hiruk pikuk para pekerja. Jangankan kucing, semut pun enggan bertenggar melawan keliaran alam (Ketika hal ini terjadi, sebagian besar penutup atap belum terpasang dengan sempurna-red). Tampak melodi gemericik air yang merajalela dengan nakalnya dan dipadu denga kekakuan angin yang siap menembus sukma. Lantai yang semula tengah asyik  engeringkan diri, kini harus pasrah menerima kenakalan alam. Sementara itu, tampak Pak Imron beserta rekan-rekannya menikmati kenakalan alam sembari berkongkow-kongkow ria (Maklum saja, mereka tidak bekerja alias santai-red).
Inilah kehidupan. Semuanya serba relatif. Setiap manusia pasti memiliki pola pikir yang berbeda-beda. Namun, satu hal yang dapat kita pelajari bahwa suatu hal tidak selalu dipandang dari salah satu sisi saja. Sebagai contoh, perubahan cuaca nan ekstrim dewasa ini secara umum dianggap sebagai sesuatu hal yang bernilai negatif. Namun, perubahan cuaca dalam kurun harian tersebut justru memberikan efek ‘seni’ tersendiri. Hujan sendiri sebenarnya memberikan suasana yang bersifat ‘peneduh’ di sela-sela kezaliman mentari. Para pekerja dapat bekerja dengan lebih baik dan lebih bersemangat seusai hujan, didukung oleh kesejukan surgawi yang ditimbulkan serta energi positif dari masing-masing individu (Seketika kepenatan sirna-red). Dengan kata lain, cuaca ‘pembawa’ kesejukan tersebut dimanfatkan secara optimal sebagai tempo untuk rehat sejenak, sembari memikirkan rencana aktivitas selanjutnya. Keseimbangan antara energi positif dengan energi negatif bak air dan api.

Romantika Penawaran dan Keputusan Akhir
Kegetiran serta kegundahan kerap menjadi satu. Penulis berspekulasi bahwa target pengerjaan proyek selama dua minggu ini sepertinya akan tertunda untuk sementara waktu. Spekulasi-spekulasi tersebut segera terpatahkan mengingat kontrak yang baru saja disetujui oleh kedua belah pihak mendadak ditambah selama sepekan. Tentu saja, penambahan proses pekerjaan proyek dalam tempo sepekan tersebut mempengaruhi proses akhir proyek yang jauh lebih baik. Dengan demikian, jaminan akan penyelesaian ‘dasar’ (Maksudnya adalah belum termasuk detail-detail estetika-red) proyek sudah diambang pintu. Total pekerjaan proyek ini kembali direvisi menjadi lebih lama, yaitu akan digeluti dalam kurun iga minggu berturut-turut. Tidak hanya itu, jumlah pekerja yang semula hanya terdiri dari lima orang, kini telah diperbanyak hingga menjadi delapan orang. Rasa optimis semakin bersorak sorai, sementara kegundahan secepat kilat sirna tanpa bekas.
Pekan ketiga pun diawali dengan suka cita. Pasalnya, sebagai tim pengawas, AJM beserta rekan-rekannya (Diaz dan Ayu. Ayu merupakan rekan yang kerap datang terlambat. AJM meyakini bahwa hal tersebut sebagai faktor gaya hidupnya-red) tak perlu bersoar-soar sedemikian rupa kepada para pekerja. Ritme motivasi yang dilakoni oleh mereka pun semakin positif. Bahkan, setiap tim pengawas memantau dan menjelaskan prosedur idealis, para pekerja langsung dapat melaksanakan dengan gigihnya.
Desain Railling Tangga Ketika Usai
Desain Dawai Pintu Railling Tangga Ketika Usai
Terdengar tiga sosok melangkah nyaman menuju lokasi proyek. Dua diantaranya mendekati salah satu dari mereka yang kurang lebih berusia paruh baya. “Pak Imron, ini kami berikan gambar kerja desain railling pagar yang sudah kami janjikan kemarin”, tutur AJM seraya memulai perbincangan. “Oh, iya, Mas. Nanti setelah semua pekerjaan lantai usai, kami segera mengerjakannya”, timpal Pak Imron. “Baik kalau begitu, Pak Imron. Ngomong-ngomong, jumlah kerai yang tersedia sepertinya kurang beberapa buah ya, Pak? Kira-kira, kapan semua kerai bisa didatangkan kesini?”, tegas AJM sembari menggenggam beberapa helai kertas berparas sedikit remuk redam. “Belum, Mas. Lha, ini kita masih menunggu kirimannya datang, kok. Kendati demikian, kita akan menyelesaikan atap-atapnya terlebih dahulu, terutama...”, timpal Pak Imron dengan sedikit datar. “Iya, instalasi kabelnya ya, Pak. Soalnya sekarang terlihat mengganggu sekali sekalipun kerai-kerai menyamarkan keberadaan mereka”, timpal AJM dengan tidak sabar bak hendak memburu kesalahan-kesalahan. “Ya...betul”, timpal Pak Imron sedikit pasrah.
“....EGP...EGP...”, terdengar lantunan nada sebuah ponsel berparas sedikit lusuh, menghentak alam semesta dengan dashyatnya. AJM seketika pusing bukan kepalang, bak terhempas keji diterjang ombak nan garang. Lantunan berikutnya tak kalah merusak sukma. “Dasar kau, keong racun...Baru kenal eh...ngajak tidur...”, lantunan nakal membelalak pasti. AJM terhenyak seketika, serasa hendak melenyap dari alam semesta tanpa sukma. Mendadak aroma kemenangan segera lenyap dari wajah AJM, terpuruk tajam seakan hendak binasa. Karuan saja, AJM segera melenyap dari lokasi kejadian perkara tersebut. Kedua rekan-rekannya segera mengekor menandakan proses dokumentasi kala itu mendadak terhenti gantung (Tidak tuntas sepenuhnya-red).

Kisah Dunia Dibelakang Meja
Perut terasa menggeliat-geliat lemah, pertanda sukma hendak disubsidi dengan ‘amunisi-amunisi’ baru. Mereka bersikeras untuk menahan gejolak tersebut seraya menyibukkan diri masing-masing guna mencerna proses dokumentasi yang belum tersentuh selama beberapa hari (Kondisi AJM kala itu sedikit melemah akibat minimnya waktu istirahat yang digelutinya selama beberapa hari lampau-red). Sosok gadis berparas mungil dengan sukma sedikit melebar (Kala itu, kondisi tubuhnya sedikit membengkak akibat pola makan yang berlebihan-red) tergopoh-gopoh menduduki singgasana tunggal (Kursi komputer merupakan satu-satunya furnitur tempat duduk yang ada di ruangan tersebut-red) sembari mencengkeram tas raksasa kesayangannya (Terlihat sukma berbanding barang bawaan yang kurang proporsional-red). Ternyata, ia hendak menghidupkan benda elektronik ‘pintar’ tersebut guna membuat suatu tulisan (Belakangan diketahui bahwa ia membuat tugas-tugas kuliahnya sembari chatting-red). Ketika itu pula, seorang rekan AJM yang lain sedang bergulat dengan laptopnya guna menyelesaikan beberapa desain detail. AJM sendiri memiliki wilayah kekuasaan sendiri, tepatnya diantara kedua sosok berlainan jenis tersebut. Semuanya mengerjakan tugas sesuai dengan motivasi masing-masing.
“Bos, coba lihat kesini. Menurutmu, desain detail parket kayu yang baru ini bagaimana? Ada masukan kah? Ini aku buat menjadi dua buah alternatif. Bagaimana menurutmu? Manakah yang lebih baik?”, timpal Diaz seraya menyingkirkan dominasi nada-nada ketikan tangan yang mampu menggores gendang telinga. “Um...kalau menurutku sih lebih bagus desain yang nomor dua ini, karena pola parket kayu menyesuaikan dengan dimensinya. Efek positifnya yaitu mengoptimalkan dimensi papan kayu itu sendiri sehingga meniadakan sisa. Coba deh, bandingkan dengan desain yang satunya. Kalau aku lihat sih sedikit menyusahkan proses pemotongannya alias terlalu rumit. Benar kan?”, timpal AJM dengan nada penuh antusias, sesegera mungkin hendak melenyapkan perasaan lapar dan dahaga. “Oh...begitu ya...nah, menurutmu bagaimana, Yu? Ada ide lain kah? Atau desain yang ini sudah oke?”, desak Diaz dengan nada tak sabar. “Ya...sembarang toh”, gumam Ayu dengan nada lapar (AJM memotong pembicaraan yang panjang tersebut menjadi lebih singkat sehingga yang terpampang disini adalah pembicaraan intinya saja-red). “Okay, siap, misi segera diluncurkan dengan mantapnya!”, timpal AJM dengan semangat empat lima. 
 Perbedaan Warna Lantai Basah dan Kering
 Pembuatan Lantai Yang Belum Selesai
Alternatif Pola Parket Kayu (Yang Diterapkan Disebelah Kanan)
Pola Lantai Menjelang Pemasangan Parket Kayu
 Terdapat perbedaan yang sangat signifikan mengenai perilaku manusia antara dunia lapangan dan dunia belakang meja. Pasalnya, kehidupan belakang meja lebih mengutamankan kemampuan berpikir dipandu dengan keahlian tangan. Sedangkan pada kasus aktivitas lapangan, lebih mengutamakan spontanitas beserta pergerakan jasmani. Secara kasar, pekerjaan lapangan jauh dianggap lebih sehat ketimbang pekerjaan dibelakang meja. Hal ini terbukti berdasarkan penelitian di negara Amerika Serikat (Dikutip dari salah satu majalah kesehatan-red) bahwa seorang yang memiliki gen tubuh baik namun jarang menggerakkan jasmani mereka jauh lebih buruk dibandingkan dengan seseorang yang mewarisi gen buruk namun ulet melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kebugaran tubuh. Ibarat mampus perlahan namun pasti, bahwa kehidupan di belakang meja perlu direvisi. Misalnya, ketika menginput data, hendaknya kita mengambil rehat sejenak, menggerakkan badan sesekali. Lantas, mengubah posisi yang lebih nyaman. Perhatian-perhatian kecil seperti inilah yang kerap kita tinggalkan. Padahal, hal-hal kecil inilah yang justru membantu meningkatkan kesehatan tubuh manusia (Bagian ini sengaja dipersingkat demi mengarahkan topik kembali menuju misi sumur boto-red).

Tamu Istimewa
Semua terlampaui dengan indahnya, kala itu, laksana mendapatkan hawa surgawi nan sejuk. Pagi hari tanpa embun menandakan keramahan alam lambat laun sirna ditelan efek rumah kaca. Berbeda ketika masa beberapa tahun silam. Sang ebun nan lembut kerap menghampiri sukma-sukma pasrah di kala pagi, memberikan kesejukan dan kebugaran. Suara kokok ayam pejantan yang saling bersahut-sahutan, pertanda kehidupan baru telah dimulai sekarang. Lambat laun, terdengar hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang di jalanan hendak meramaikan suasana pagi. Maklum, AJM bermukim di wilayah atas Kota Semarang yang berhawa lebih sejuk dibandingkan dengan bagian-bagian Kota Semarang lainnya. Sesosok pemuda segera melangkah keluar dari singgasananya, menuju sebuah skuter otomatis (Sejenis sepeda motor-red). Kontan saja, pemuda tersebut segera hengkang nan jauh dari singgasana nyamannya.
Selang beberapa tempo (Mungkin sebanding dengan durasi empat buah lagu-red), sosok pemuda tersebut akhirnya tiba ke lokasi yang dipenuhi oleh kaum hawa nan jelita. Benar adanya, pemuda tersebut segera melihat beberapa sosok gadis berparas ayu, saling bercengkerama mesra bersama rekan-rekannya. Mereka semua terlihat begitu santainya, hanya berbalut busana tipis nan mengundang birahi (Khusus untu lelaki hidung belang-red). Busana tipis tersebut dipadukan dengan model kaos ketat, seakan-akan sukma hendak dilelang anggun (Dilelang bukan berarti sesuatu yang kotor, AJM lebih bermaksud kagum-red). Sosok-sosok jelita tersebut seakan-akan dengan lantang menentang kegarangan mentari yang hendak menjamah sukma-sukma jelita dengan liarnya. Para bidadari tersebut sudah mengantisipasi kenakalan sang surya tersebut, yaitu dengan melindungi sukma-sukma mereka dengan anti radiasi (Perlengkapan perawatan tubuh para hawa-red). Alhasil, mentari mulai menjauh pasrah mengingat awan-awan keji mulai berkerumun memenuhi jagad raya. Para bidadari menang telak.
Selang beberapa saat, sekumpulan bidadari tersebut menyadari bahwa hari telah kian terik, pertanda sudah saatnya berbenah diri. Bidadari-bidadari nan jelita tersebut segera kembali ke peraduan mereka masing-masing. Dunia seakan-akan berputar seratus delapan puluh derajat, sosok bidadari jelita nan anggun mendadak berubah menjadi sosok pendekar (Balutan busana yang digunakan serba tertutup, berbahan tebal, serta mengurangi keanggunan-red). Menyadari suatu tumbukkan yang maha dashyat menghancurkan alam surgawi, AJM pun segera mengalihkan perhatian yang semula terfokus pada sosok-sosok bidadari nan jelita tersebut, memilih untuk melangkah seakan hendak mendaki tangga-tangga terjal nan nakal. Hari ini terasa lebih spesial ketimbang hari-hari sebelumnya. Pasalnya, AJM beserta rekannya sedang bersiap menyambut seorang tamu dadakan nan istimewa. Siapakah gerangan? Ia adalah sesosok pemuda, sebaya dengan mereka, berparas lebih langsing ketimbang AJM (Terlebih Ayu-red), ceria, serta berambut ikal. Dugaan sedikit meleset mengingat sang pemuda tak datang sendirian.


Kisah Kasih Myth
Tetesan-tetesan keji mulai membasahi bumi penuh nafsu, pertanda sang dewata sedang mandi. Aneh bin ajaib, kali ini, duka kedukaan semesta hanya berselang beberapa jam saja, entah mengapa. Seketika itu pula, muncul sosok pemuda bernama Kristo. Ia tak hanya membawa sukmanya sendiri, terlebih ditemani oleh pujangga hatinya yang kerap dipanggil dengan seribu julukan alias ratu julukan. Sebut saja gadis tersebut Myth. Gadis itu mengekor di belakang pemuda yang sedang sibuk mencengkeram erat belahan jiwanya yang lain (PC miliknya-red). Seperti halnya Ayu, sukma Myth sedikit melebar ketimbang biasanya, pertanda hidupnya kian makmur (Melupakan diet sehatnya-red).
Ah, aku mengerti. Hayo, kalian malam minggu kemarin ngapain...hayo...? Hahahaha...”, tutur AJM seraya mengawali perbincangan. “Ndak kok, kita ndak malam mingguan...”, timpal Myth seraya menyangkal fakta. “Halah, kayaknya kemarin ada yang nulis status di facebook, bertemu dengan sang pujaan hati. Cie...cie...”, timpal AJM seraya tak mau mengalah. Gelak tawa segera menghiasi ruangan kecil tersebut. Kekakuan masing-masing individu mendadak sirna. Segera saja, Kristo segera mengalihkan pembicaraan yang lebih serius (Belakangan diketahui bahwa Kristo dan kekasihnya, Myth, memiliki dua tujuan utama, yaitu memperbaiki hard disk milik Kristo, serta berkunjung hendak melihat ‘rupa’ proyek tersebut. Keberadaan mereka sangatlah menghibur AJM beserta rekan-rekannya karena otomatis proses berdiskusi menjadi jauh lebih matang serta banyaknya masukan yang bakal diberikan oleh mereka semua. Seusai dewata mandi, hawa ruangan kian sejuk, nyaman, serta damai. Suasana-suasana seperti ini yang pada akhirnya didukung oleh canda tawa luwes, membuat suasana menjadi semakin kondusif.
Yes, berhasil...yuhuiiiiii...”, tiba-tiba sesosok pemuda melolong dengan kerasnya memecah kelembutan keheningan. Ia adalah Kristo, mengekspresikan sesuatu kepuasan yang tiada tara. “Hard diskku balik lagi....hahahahaha....”, tuturnya dengan penuh antusias. “Od...”, timpalnya sembari mengarahkan pandangan kepada AJM. “Od, mana wejangan-wejangan dari Errik? Coba aku liat!”, sambungnya dengan penuh ketidaksabaran. “Oh iya, untung kamu mengingatkan daku. Nih, bagus-bagus kok. Hanya saja, sebagian besar berupa video sehingga kapasitasnya sangatlah besar, lebih dari delapan giga bytes!”, timpal AJM dengan nada datar. “Nih, ini proses pekerjaan pembuatan markas Bensley yang baru”, sambung AJM dengan cepatnya (Intinya adalah AJM mempresentasikan dengan singkat bagaimana para pekerja di Bali mengerjakan proses-proses pemasangan dengan kasih sayang-red). Seraya tak mau kalah, Kristo segera unjuk gigi. Kali ini, bermodal pengalaman magangnya pada salah satu konsultan arsitektur yang sangat diperhitungkan di bumi nusantara ini.
Sungguh menakjubkan, banyak sekali karya-karya sang arsitek yang dikemas dalam beberapa file yang berkapasitas kecil (Pastinya dengan formad pdf-red). Tidak hanya itu, banyak pula video-video tentang karya para arsitek yang berada di negeri sakura, Jepang. Banyak sekali inspirasi-inspirasi yang didapatkan dari pertemuan yang terbilang cukup singkat tersebut (Sebenarnya, AJM ingin sekali menjabarkan proses aktivitas pada bagian tema ini. Namun, keterbatasan waktulah yang membuat AJM hendak memaparkan bagian-bagian vitalnya saja-red). Namun, hanya satu hal yang sangat berarti bagi Myth. Sore itu merupakan pertemuan terakhirnya dengan sang dambaan hati, mengingat sang dambaan hatinya tersebut hendak melanglang buana di ibukota negara bumi nusantara. Ya, Kristo akan kembali menunaikan misi khususnya hingga akhir tahun. Tak pelak lagi, ekpresi kesedihan yang berusaha ditekan oleh Myth tak dapat terbendung. Inilah hidup. Semuanya harus dijalani dengan penuh keyakinan serta kesabaran. Kecintaan Myth pada kekasihnya sungguhlah amat dashyat, melampaui keagungan alam semesta. Dunia seakan-akan milik dua insan yang sedang dimabuk kepayang tersebut. Cinta itu ibarat serpihan-serpihan kasih sayang yang melebur menjadi satu kesatuan. Tanpa disadari, cinta segera memenuhi hawa ruangan menjadi lebih hangat. Canda tawa kecil kembali menghiasi ruangan tersebut. Proses berpikir tentu saja setia berjalan dengan masifnya.

Hari Penuh ‘Rasa’ Serta Inspirasi
Segera saja, setelah proses pematangan berpikir tersebut dilampaui. AJM beserta rekan dan tamu istimewa tersebut menuju lokasi tempat kejadian perkara. “Nah, inilah yang sudah berlangsung selama kurang lebih dua pekan. Cukup baik”, tutur AJM yang mengawali proses berdiskusi tersebut. “Ayo, bagaimana menurut kalian? Motif lantai, atap, serta bangku memang sudah banyak mengalami revisi, kok, To”, sambung AJM dengan penuh antusias. “Lho, ternyata pada akhirnya, kerainya dipasang seperti ini? Pola bangkunya itu dibuat seperti ini ya? Terlihat mengacak”, timpal Kristo sembari mengekspresikan wajah sang komentator. “Pada awalnya, desain bangku lebih sederhana. Namun, dari kita sebagai pengawas mengusulkan perubahan desain bangku yang lebih ramah. Selagi Errik kerap menyetujui revisi-revisi, kita akan terus membuat desain awal agar terlihat lebih mantap”, tutur AJM dengan penuh keyakinan. “Ya, begitu halnya dengan pola lantai serta railing-railing. Semuanya dibuat dengan sentuhan ‘rasa’. Hasilnya, sangatlah mengagumkan, bukan?”
Proses Pemotongan Kerai
Diskusi Lapangan Dengan Tamu Istimewa
Berpikir Lebih Kreatif
Perbincangan mendadak terhenti untuk beberapa selang karena setiap insan berusaha ‘merasakan’ ruang tersebut secara penuh. “Lantas, bagaimana dengan penyelesaian akhir lantai-lantainya? Bagian-bagian yang berlubang ini memangnya hendak diisi apakah gerangan?”, tutur Kristo dengan rasa ingin tahu yang tinggi. “Pada dasarnya, desain lantai dibuat menjadi tiga pola, yaitu semen yang diaci sangat halus, halus, serta parket kayu. Untuk parket kayu sendiri, dibuat dengan modul yang menyesuaikan dengan dimensi papan kayu tersebut. Contohnya pada bagian ini”, tutur AJM seraya mengacungkan jemarinya dengan tajam menuju lantai. “Pola-polanya pun kita ukur dengan teliti. Modul untuk parket sendiri dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 200 cm x 100 cm, 200 cm x 60 cm, serta 100 cm x 60 cm. Mengapa demikian? Parket kayu itu sendiri berdimensi 200 cm x 20 cm x 2 cm”, sambung AJM. “O...begitu ceritanya”, timpal Kristo dan Myth. “Ngomong-ngomong, Myth”, fokus AJM segera beralih menuju Myth. “Tadi, kamu sempat menyinggung soal rumahmu yang sedang direnovasi bukan? Nah, tahukah kamu berapa besar biaya pekerja untuk rumahmu tersebut per harinya? Kalau pada proyek ini, kepala pekerja diupah sekitar Rp 65.000,00, sedangkan yang lainnya Rp 50.000,00. Aku hendak membandingkan saja, siapa tahu para pekerja yang bekerja di rumahmu ternyata dibayar lebih murah oleh ayahmu. Ini hanya untuk bahan referensi pribadiku saja, kok”, timpal AJM hendak meyakinkan Myth. “Sepertinya, papaku membayar mereka sekitar Rp 30.000,00-an. Kelak aku hendak meyakinkan pernyataanku lagi. Aku hendak bertanya kembali kepada papaku. Kelak aku hendak mengabarkan pernyataan pastinya, oke?”, timpal Myth dengan nada datar. “Oke, Myth, many thanks ya, hehehe...”, timpal AJM dengan rasa terima kasih (Ternyata, biaya pekerja di rumah Myth sebanding dengan biaya pekerja di proyek ini-red).
“Oh iya, bagaimana dengan ide vegetasinya ya, Bos?”, timpal Tam-tam (Nama panggilan Diaz-red) sembari mengarahkan pandangan tajam kepada AJM. “Lha, kemarin kan sudah direncanakan untuk meletakkan semua vegetasi sejenis bambu tepat di tepi railling bukan?”, timpal AJM. “Iya, lantas, bagaimana dengan jenis vegetasi yang akan diletakkan disana? Sebaiknya kita perlu mengadakan observasi, deh”, timpal Tam-tam dengan penuh keyakinan. “Sip, bagaimana bila besok saja? Sekalian kita menentukan besarnya pot yang hendak digunakan, bukan?”, timpal AJM. “Oke, oke...”, timpal Tam-tam menyetujui percakapan tersebut. “Oh iya...”, mendadak dari arah yang berlainan terdengar suara Kristo. “Jangan lupa, sebaiknya, andai pot-pot jadi diletakkan di daerah tersebut, buatlah pot-pot tersebut agar tidak tampak dari bawah. Dijamin, pasti hasilnya sungguh menakjubkan. Luar bisa!”, sambung Kristo dengan ambisius.
Hari kian larut, tampak bulan hendak bergerak nakal memamerkan kemolekannya. Mentari segera menyadari keterancamannya. Suara adzan dari sebuah rumah ibadah terdekat mendadakan hari kian larut. Myth segera menghampiri kekasihnya hendak mengantarkan sang pujaan hati pergi. Tampak kesedihan yang tersamar mendominasi raut wajah Myth. Tak hanya Myth dan Kristo yang bakal meninggalkan lokasi proyek, melainkan AJM beserta Tam-tam dan Ayu segera mengekor mereka. Pekan ketiga diawali dengan kunjungan tak terduka yang penuh inspirasi. Gracias!

Tak Lekang Oleh Waktu
Paruh pekan ketiga, target pekerjaan proyek masih terlihat berfokus pada beberapa titik. Pertama, titik tervital masih didominasi oleh pekerjaan akhir lantai. Pasalnya, kekurangan ‘sentuhan’ pada bagian ini relatif besar. Frame-frame pembatas antargrid belum dibersihkan dan diberi plitur, terlebih proses penghalusan pun masih dalam tahap penyelesaian. Namun, janganlah kita semua terburu-buru menyalahkan para pekerja. Pekerjaan lantai membutuhkan ketelitian serta pengolahan rasa. Tampak salah satu pekerja menghaluskan lantai tersebut dengan cara yang sedikit berbeda ketimbang di Bali (Maksudnya adalah bagaimana cara pekerja tersebut membuat semen agar lekas kering-red). Tak lain caranya adalah dengan menaburan serbuk-serbuk semen pada semen yang masih setengah basah. Kemudian, pekerja tersebut menggunakan alat acian guna meratakan adonan semen kering yang telah ditambahkan tadi. 
Aneh bin ajaib, sebagai seorang arsitek lapangan, AJM beserta Tam-tam merasakan ‘rasa’ yang khas karena tekstur lantai memang menjadi sangat halus sekali. Sempat terlintas diantara kedua pemuda tadi, bagaimana cara mempertahankan warna semen yang sedikit basah agar tidak menyamai semen yang telah kering sebelumnya. Tapi apa daya, bagai pungguk merindukan bulan. Lamba laun, tepatnya dalam hitungan hari, pasti warna semen serentak akan serupa satu sama lain.
Kedua, pada sisi lainnya, tampak Pak Imron beserta dua pekerja lainnya hendak memasang kerai-kerai yang tersisa. Wow! Efek pembayangan keseluruhan ruang sangatlah tidak lazim. Pola lantai mozaik tersebut dikombinasikan oleh efek pembayangan yang dihasilkan akibat tekstur kerai yang memiliki segudang celah. Alhasil, garis-garis gelap dan terang yang berselang-seling membuat ‘rasa’ ruang bertambah. Namun, efek tersebut kerap dianggap bagi kaum hawa sebagai sesuatu yang fatal. Pasalnya, teriknya sinar mentari di kala siang sanggup meredupkan kemilau performa kulit-kulit mereka (AJM dapat membayangkan hal tersebut. Otomatis, ‘kelucuan’ mereka akan berkurang karena nampak kusam-red).
Ketiga, bagian railling-railling tangga mendadak mendapatkan sedikit masalah. Pasalnya, para pekerja yang menangani bagian tersebut tidak membaca gambar desain yang telah dibuat Tam-tam secara saksama. Kontan saja beberapa permukaan railling yang semula berbeda ketinggian kini harus mengalami nasib yang serupa alias rata. Untungnya, perubahan ‘kecil’ tersebut tidak mengurangi performa serta kualitas ‘rasa’ si kecil ini (Railling bagian tangga hanya melingkupi sebagian kecil keseluruhan lokasi proyek-red). Lebih dalam lagi, bentuk ranting-ranting pohon yang terpampang secara jelas pada motif railling tersebut sebenarnya hendak ditutupi dengan PVC berwarna oranye (PVC yang digunaka guna menutupi pintu-pintu garasi-red). “Wah, Mas, PVCnya sudah tidak ada lagi, sudah habis. Kecuali bila...PVC yang telah terpasang pada bagian kandang dilepas sebagian...”, tutur Pak Imron sembari menyarankan penuh keraguan. “Akan tetapi...kesemuanya harus seizin Pak Buntarman”, lanjut Pak Imron seraya memastikan. “Yah, berarti sisa material tersebut sudah tidak ada ya, Pak? Sangat disayangkan sekali ya”, timpal AJM dengan nada lirih. “Iya, to, Mas”, gumam khas Pak Imron (Pak Imron sering mengucapkan kata tersebut-red). “Mas...”, mendadak suara muncul dari arah yang berlainan. Ternyata sesosok lelaki yang tampak lebih lusuh dan lebih tua dari Pak Imron, kendati perawakannya besar. “Mas, cara memasangkan balok-balok ini bagaimana? Soalnya, kita mungkin akan sedikit mengalami kesulitan dalam proses pemakuannya”, tegasnya. “Lantas?”, timpal Tam-tam dengan nada menghardik. “Kalau dibiarkan bolong saja bagaimana, Mas?”, timpal lelaki tua tersebut seraya hendak menggoyahkan pendirian Tam-tam. “Wah, tetap begitu saja, Pak”, timpal Tam-tam dengan yakin. “Oh iya, Mas...bentar-bentar...iya...semuanya bisa diusahakan, kok. Ya,...ya...bisa kok, Mas”, timpal lelaki tua tersebut seraya pasrah. “Tapi...”, sambung Tam-tam sembari merenung seketika. “Kok, kayu yang digunakan dimensinya besar banget, ya, Pak? Bukannya kalau yang digambar itu hanya 2/3? Kok yang ini 3/5?”, gumam Tam-tam heran. “Nah, itu pengaruh dari stok kayu yang ada, Mas. Soalnya, kayu sisanya hanya ini aja”, tegas lelaki tua tersebut sembari menggoyahkan iman. “Lantas, apakah Bapak yakin bila dawai pintu seberat ini mampu ditahan oleh engsel lemah seperti pintu yang itu?”, tutur Tam-tam sembari menunjukkan salah satu jemarinya ke arah pintu kayu sederhana bercat hitam yang bertengger di dekat kamar-kamar kos. “Kuat...kuat kok,Mas”, timpal lelaki tua tersebut sembari kembali menghujam batang-batang kayu dengan paku-paku keji.
AJM dan Tam-tam segera kembali ke singgasana mereka, sembari memikirkan apakah benar dengan beban pintu yang dispekulasikan berkisar antara empat hingga enam kilogram tersebut cukup kuat bila ditopang oleh engsel-engsel imut seperti dawai pintu legam yang terpampang didekatnya. “Od, apa mungkin dengan beban pintu sebesar itu dapat ditopang oleh engsel kecil tersebut?”, gumam Tam-tam. “Mungkin saja, Yaz (Sapaan singkat Tam-tam-red). Begini saja, besok pagi-pagi sekali (Lebih awal dari biasanya, sekitar pukul 07.45-red) kita segera menemui Pak Imron, setuju?”, timpal AJM meyakinkan suasana. “Oke!”, timpal Tam-tam dengan nada pasti.


Selanjutnya: Episode Terakhir
Hari kelima belas setelah proyek berlangsung masih saja meninggalkan sedikit teka-teki. Akankah desain railling tangga diselesaikan tanpa masalah? Akankah pekerjaan lantai terselesaikan hingga akhir tempo yang telah ditetapkan? Bagaimana peran Ayu dalam proyek ini? Apakah detail dasar kolom beserta instalasi-instalasi listriknya akan terselesaikan dengan baik? Akankah sang arsitek utama segera kembali ke kediamannya demi melihat kualitas ‘rasa’ proyek ini? Akankah rekan-rekan AJM sebelumnya kembali ke pelukan proyek ini (Richie dan Widi-red)? Akankah persoalan serta perseteruan yang menimpa AJM segera terselesaikan dengan baik? Semuanya akan terjawab pada episode terakhir Epik Operasi Teras Atas Garasi Edisi Pekan Ketiga. Nantikan Kisahnya! (^^,)
Amati Efek Pencahayaannya!
Tim Arsitek Pengawas (Kanan Ke Kiri: AJM, Ayu, dan Tam-tam)


Written by AJMariendo


 =====================================================

Sabtu, 23 Oktober 2010

Talk Less No More


--------------





... mengalir saja... 
...seperti air...


(tapi didukung tim yang kuat)
jadilah.....
karya inspiratippp!


---------------------

=====================

Operasi Teras Atas Garasi - Laporan Pengamatan (8)

Laporan pengamatan tim lapangan lapangan hari Rabu 20 Oktober 2010.  Lebih lengkapnya (dengan video-video proses pengerjaan) bisa lihat di http://ajmariendo.blogspot.com/2010/10/operasi-teras-atas-garasi-bagian-viii.html
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Antiklimaks
Sang surya tersenyum riang dibalik keseganan mega-mega. Penulis untuk kesekian kalinya tiba pertanda aktivitas proyek hendak dimulai. Insan tunggal tersebut segera mendaki anak tangga dengan lincahnya, hendak mendekati segerombolan pekerja yang saling berpacu keahlian. Kendati demikian, tak henti-hentinya penulis memulai proses mendokumentasi aktivitas awal tersebut. Terlihat proses pengerjaan lantai yang kian meningkat. Penulis segera menghampiri Pak Imron, selaku kepala pekerja, hendak menyampaikan cara mengerjakan pola lantai yang lebih berkualitas. Lantas, bagaimana cara penulis menjelaskan proses penghalusan tekstur lantai tersebut? Pertama-tama, penulis berusaha mengingatkan video dokumentasi (Yang direkam oleh sang arsitek) sebuah proyek di Bali. Salah satu adegan video tersebut menunjukkan proses cara penghalusan tekstur lantai. Kedua, lantai dalam kondisi setengah kering tersebut segera dihaluskan dengan bantuan air. Tak pelak lagi, proses tersebut akan dikerjakan dalam tempo yang lebih lama (Hal ini sebelumnya pernah dikeluhkan oleh Pak Imron-red). Ketiga, setelah semalam bernegosiasi dengan sang arsitek, penulis pun menjelaskan bahwa target fokus pengerjaan lantai sebaiknya dialihkan pada proses penghalusan. Hal ini bertujuan menghindari cetakan semen yang lambat laun semakin mengeras. Para pekerja pun seketika itu pula menyanggupi permintaan penulis.
Kendati demikian, Pak Imron kembali mengingatkan bahwa pekerjaan proyek ini akan ditangguhkan kemudian. Alasannya adalah para pekerja tersebut hendak beralih pada pekerjaan lainnya mengingat kontrak yang telah disepakati diantara kedua belah pihak adalah dua pekan. Setelah kesepakatan demi kesepakatan terjalin, akhirnya penulis kembali memasuki markas guna mentransfer data-data dokumentasi yang telah diambil beberapa saat yang lalu. Selang beberapa tempo, terdengar langkah cepat sesosok pemuda yang segera mendaki tangga guna menghampiri penulis. Pemuda tersebut tak lain adalah rekan penulis itu sendiri (Diaz Drie-red). Segera saja seorang gadis kecil mendadak bergabung dalam diskusi awal tersebut (Ayu Pramudya-red). Mentari mulai terkekang oleh mega-mega nan keji. Seketika itu pula, guntur mencabik cakrawala dengan liarnya, pertanda keceriaan surya mendadak sirna. Kontan saja, langit menyebarkan duka nan kelam.

Sesuatu Yang Terlupakan
Tibalah sebuah pengakuan nan mutlak diungkapkan. Perlu diakui bahwa sebagai seorang arsitek pengawas, penulis selama lebih dari sepekan ini fokus pada kualitas pengerjaan konstruksi atap (Hingga saat ini pekerja sembari menunggu kedatangan atap-atap PVC-red), pemasangan railling-railling kayu sebagai faktor keamanan pelaku, bangku yang inovatif, serta pola lantai. Sepertinya, kesemuanya terdengar begitu kompleks. Padahal, beberapa desain yang belum tersentuh sebelumnya pun patut untuk dihiraukan lebih jauh. Ketika Pak Imron menanyakan kapan penulis hendak menyerahkan desain railling tangga yang telah terukur. Bagaikan disambar guntur, khilaf rasanya, penulis segera menjanjikan desain tersebut sesegera mungkin untuk diselesaikan dalam kurun satu hari.
Lantas, bagaimanakah rupa desain kali ini? Apakah desain tersebut serupa dengan desain-desain lainnya? Akankah desain tersebut kembali direvisi? Akankah desain tersebut akan selesai pada target pekan ini? Semuanya pertanyaan tersebut sangatlah mungkin. Pasalnya, sistem pengerjaan pararel yang telah diterapkan sejak awal pengerjaan membuat fokus pekerjaan terbagi rata. Kekurangan dari sistem ini adalah kurangnya antisipasi para pekerja dalam hal menghadapi batas waktu yang telah ditetapkan. Perlahan nan pasti, hari demi hari, akan nampak jelas proses pengerjaan yang telah berlangsung selama hampir dua pekan tersebut. Untuk itu pula, bandingkan artikel-artikel tentang Operasi Teras Atas Garasi sebelumnya.
Seusai istirahat siang, tampak hiruk pikuk para pekerja memenuhi area kekuasaan mereka. Kendati demikian, penulis mampu menyelesaikan desain tangga dengan konsep silang (Dapat berkonsentrasi tanpa ganggunan atas kegaduhan yang telah diciptakan oleh para pekerja-red), merespon serta menyesuaikan dengan irama railling, struktur atap, serta lantai (Pola tak beraturan-red). Konsep desain railling tangga hampir menyerupai konsep bangku. Desain kali ini dibuat menjadi beberapa alternatif (Tujuannya agar kesempatan untuk merevisi lebih kecil. Hal ini merupakan langkah awal mengantisipasi demam revisi-red). Alternatif pertama desain railling ini menggunakan konsep yang sama dengan konsep kolom teras. Tujuan pembuatan konsep desain yang serupa tersebut adalah agar harmonisasi ruang berdimensi 12 m x 9.35 m tersebut tetap terjaga. Selain itu, pembuatan konsep yang serupa juga menghindari terlalu banyaknya variasi konsep dalam suatu ruang yang justru dapat menghancurkan harmonisasi ruang. Lebih jauh lagi, penulis menggunakan balok kayu berdimensi 5 cm x 3 cm sebagai rangka-rangkanya serta papan kayu berdimensi 20 cm x 2 cm (Sudah sangat jelas bahwa kayu yang digunakan merupakan kayu spesies bengkirai sejak artikel-artikel sebelumnya-red). Namun, konsep kali ini sedikit lebih bervariasi dibandingkan dari desain awal. Pasalnya, bidang permukaan desain tersebut (Tampak atas, seperti meja bar-red) tidak rata. Penulis memainkan irama tinggi rendah mengingat fungsi kali ini tidak dapat digunakan sebagai tempat istirahat (Tidur-red).
  Sekarang, marilah kita bahas alternatif kedua yang kali ini dituangkan oleh rekan penulis, Diaz Drie. Konsepnya pun terlihat dinamis, artinya bahwa permainan tinggi rendah pada permukaan tetap menjadi favorit bagi penulis serta rekan-rekannya. Hanya saja, perbedaan desain terlihat pada elemen visual fasad-fasadnya. Mengapa? Pada dasarnya, alternatif-alternatif desain yang dikemukakan oleh penulis serta rekan-rekannya tersebut memiliki perbedaan pada pengolahan elemen visual fasadnya. Namun, konsep kali ini terlihat lebih menyerupai desain pola bangku (Pendekatannya hampir sama dengan prinsip pada alternatif pertama-red).
Konsep alternatif ketiga pun tidak kalah menarik. Konsep yang didawangi oleh Ayu tersebut bila dilihat dari tampak fasadnya akan menyerupai susunan kursi yang ditumpuk secara berselang-seling. Walaupun konsep dasarnya sedikit berbeda dari kedua konsep sebelumnya, namun konsep ini tetap mempertahankan keharmonisan ruang secara menyeluruh (Lihat saja pola-pola garis keseluruhan lokasi proyek-red). Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah gambar dibawah ini.
Alternatif Desain Railling
 Perbandingan
Kali pertama, langit seakan hendak runtuh. Bagaimana tidak, awan hitam seolah-olah menyatu dengan tangisan keji. Kezaliman mereka seolah-olah hendak menguasai dunia ruang terbuka dalam tempo yang lama. Bosan memang, terlebih hembusan angin nakal disela-sela kekejian tersebut, membuat permukaan kulit penulis bagaikan disentuh sutra. Penantian lah yang dapat dilakukan oleh penulis serta rekan-rekannya. Sembari menuliskan artikel ini, penulis berdiskusi tentang rencana target pengerjaan proyek esok. Keintiman diskusi tersebut membuat suasana dingin yang penuh arogan tersebut mendadak dikuasai oleh kehangatan serta kelembutan. Penulis serta rekannya mendiskusikan bahwa banyak sekali revisi-revisi desain pelaksanaan ketimbang desain perencanaan.
Memang, tak pelak banyak faktor yang sangat mempengaruhi hal-hal tersebut. Sebut saja desain lantai yang mengalami revisi beberapa kali, belum ditambahkan dengan revisi desain bangku serta railling tangga. Tampaknya, hanya desain konstruksi atap beserta penutupnya lah yang tidak mengalami renovasi. Sebenarnya, konsep awal yang sebagian besar tidak disertai dengan dimensi terukur lah diduga sebagai biang keladi revisi, atau mungkin hal-hal lainnya seperti masukan-masukan konsep baru yang menurut penulis serta rekan-rekannya lebih ‘hidup’.
  
Awal Suatu Penantian
Kegetiran serta kegundahan kerap menjadi satu. Penulis berspekulasi bahwa target pengerjaan proyek selama dua minggu ini sepertinya akan tertunda untuk sementara waktu. Mengapa? Hal ini disebabkan oleh keterikatan kontrak lain yang harus dilaksanakan oleh para pekerja. Apa daya, dengan sisa waktu beberapa hari ini, tentunya harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Marilah kita lihat, kondisi terkini lokasi proyek yang dideskripsikan sebagai berikut.
Pengerjaan lantai telah masuk dalam tahap pengecoran. Namun, parket-parket kayu nampak belum dipasangkan pada tempatnya. Pak Imron sendir mengemukakan alasan khusus. Pasalnya, parket-parket kayu sebaiknya dipasangkan kelak, seusai semua lantai dicor dengan rapi. Lantas, penulis segera mengingatkan Pak Imron sendiri untuk segera menghaluskan permukaan lantai tersebut (Setelah semalam mendapat wejangan dari sang arsitek tentunya-red). Pak Imron pun segera menyanggupi instruksi yang dikemukakan oleh penulis (Walaupun keluh dan kesah masih dikemukakan oleh Pak Imron, seperti mengeluh akan tempo pengerjaan yang lama-red). Penulis serta rekan-rekannya berusaha untuk lebih fokus pada pengerjaan lantai mengingat batas tempo yang semakin singkat, dengan harapan lantai dapat segera terselesaikan (Minimal proses penghalusan permukaan lantai sudah terealisasi-red).
Pekerjaan lainnya yang tak kalah ‘menariknya’ adalah proses pemasangan penutup atap yang hingga kini belum  terealisasikan. Pasalnya, pasokan penutup atap yang telah dipesan oleh Pak Imron pada salah satu toko material bangunan yang berlokasi di Jalan Mataram ini habis untuk sementara. Maka, langkah terakhir yang harus ditempuh adalah memesan material-material tersebut sembari menanti serta mengalihkan fokus pengerjaan atap tersebut ke pengerjaan lantai.
Pekerjaan lainnya yang sedang terealisasi pula adalah pemasangan railling, serta pembuatan bangku. Saat ini, pengerjaan railling telah selesai pada bagian koridor teras, sedangkan desain bangku masih dalam tahap pembuatan konstruksinya.
 Suasana Proyek Keseluruhan
Suasana Pembuatan Rangka Bangku (Atas) dan Pembentukan Grid Lantai (Bawah)
Batas Kontrak dan Kesempatan Berevaluasi
Sangatlah disayangkan bila suatu pekerjaan proyek harus terhenti dalam tempo sementara. Apa daya, semua terget pengerjaan yang dispekulasikan bakal selesai selama dua minggu harus mengalami nasib perpanjangan kontrak. Setidaknya, proses memahami yang penulis terapkan bagi para pekerja menunjukkan peningkatan. Para pekerja yang semula hanya mementingkan kuantitas semata, kini mampu berpikir lebih baik (Akan tetapi, kesemuanya tetap harus di dalam pengawasan penulis beserta rekan-rekannya!-red). Beberapa hal yang juga mengalami peningkatan yang terbilang cukup signifikan adalah proses penerapan desain terlaksana terhadap desain terencana yang dapat beriringan secara lancar. Kendati desain awal yang kerap direvisi, semuanya tetap dapat diterapkan secara baik oleh para pekerja. Setidaknya, satu permasalahan sedang melalui proses pematangan ‘rasa’ pengolahan konsep menjadi kenyataan.
Hari kian larut, namun kegetiran alam tak kunjung sirna. Apakah penyebabnya? Mega-mega keji masih menikmati kegalauan bulan serta para bintang. Tak setitik pun kesemuanya nampak di kegelapan semesta. Lambat laun kedukaan langit pun sirna. Kesunyian malam menandakan aktivitas ruang luar telah siap untuk dijamah kembali. Kesempatan inilah yang kemudian diambil oleh penulis beserta rekan-rekannya guna mengevaluasi kegiatan proyek yang hampir mendekati dua pekan. Sambil menikmati hidangan makan malam, penulis beserta rekan-rekannya membahas tentang rencana pengerjaan esok. Berdasarkan keputusan mufakat, para pekerja akan difokuskan pada pengerjaan lantai (Terutama menghaluskan permukaannya-red). Setidaknya, penulis beserta rekan-rekannya mengharapkan setidaknya ada satu pekerjaan yang benar-benar selesai sebagai bahan evaluasi ketika sang arsitek melakukan kunjungan pengamatan langsung ke lokasi proyek.
Written by AJMariendo
 =====================================================