Sabtu, 23 Oktober 2010

Operasi Teras Atas Garasi - Laporan Pengamatan (8)

Laporan pengamatan tim lapangan lapangan hari Rabu 20 Oktober 2010.  Lebih lengkapnya (dengan video-video proses pengerjaan) bisa lihat di http://ajmariendo.blogspot.com/2010/10/operasi-teras-atas-garasi-bagian-viii.html
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Antiklimaks
Sang surya tersenyum riang dibalik keseganan mega-mega. Penulis untuk kesekian kalinya tiba pertanda aktivitas proyek hendak dimulai. Insan tunggal tersebut segera mendaki anak tangga dengan lincahnya, hendak mendekati segerombolan pekerja yang saling berpacu keahlian. Kendati demikian, tak henti-hentinya penulis memulai proses mendokumentasi aktivitas awal tersebut. Terlihat proses pengerjaan lantai yang kian meningkat. Penulis segera menghampiri Pak Imron, selaku kepala pekerja, hendak menyampaikan cara mengerjakan pola lantai yang lebih berkualitas. Lantas, bagaimana cara penulis menjelaskan proses penghalusan tekstur lantai tersebut? Pertama-tama, penulis berusaha mengingatkan video dokumentasi (Yang direkam oleh sang arsitek) sebuah proyek di Bali. Salah satu adegan video tersebut menunjukkan proses cara penghalusan tekstur lantai. Kedua, lantai dalam kondisi setengah kering tersebut segera dihaluskan dengan bantuan air. Tak pelak lagi, proses tersebut akan dikerjakan dalam tempo yang lebih lama (Hal ini sebelumnya pernah dikeluhkan oleh Pak Imron-red). Ketiga, setelah semalam bernegosiasi dengan sang arsitek, penulis pun menjelaskan bahwa target fokus pengerjaan lantai sebaiknya dialihkan pada proses penghalusan. Hal ini bertujuan menghindari cetakan semen yang lambat laun semakin mengeras. Para pekerja pun seketika itu pula menyanggupi permintaan penulis.
Kendati demikian, Pak Imron kembali mengingatkan bahwa pekerjaan proyek ini akan ditangguhkan kemudian. Alasannya adalah para pekerja tersebut hendak beralih pada pekerjaan lainnya mengingat kontrak yang telah disepakati diantara kedua belah pihak adalah dua pekan. Setelah kesepakatan demi kesepakatan terjalin, akhirnya penulis kembali memasuki markas guna mentransfer data-data dokumentasi yang telah diambil beberapa saat yang lalu. Selang beberapa tempo, terdengar langkah cepat sesosok pemuda yang segera mendaki tangga guna menghampiri penulis. Pemuda tersebut tak lain adalah rekan penulis itu sendiri (Diaz Drie-red). Segera saja seorang gadis kecil mendadak bergabung dalam diskusi awal tersebut (Ayu Pramudya-red). Mentari mulai terkekang oleh mega-mega nan keji. Seketika itu pula, guntur mencabik cakrawala dengan liarnya, pertanda keceriaan surya mendadak sirna. Kontan saja, langit menyebarkan duka nan kelam.

Sesuatu Yang Terlupakan
Tibalah sebuah pengakuan nan mutlak diungkapkan. Perlu diakui bahwa sebagai seorang arsitek pengawas, penulis selama lebih dari sepekan ini fokus pada kualitas pengerjaan konstruksi atap (Hingga saat ini pekerja sembari menunggu kedatangan atap-atap PVC-red), pemasangan railling-railling kayu sebagai faktor keamanan pelaku, bangku yang inovatif, serta pola lantai. Sepertinya, kesemuanya terdengar begitu kompleks. Padahal, beberapa desain yang belum tersentuh sebelumnya pun patut untuk dihiraukan lebih jauh. Ketika Pak Imron menanyakan kapan penulis hendak menyerahkan desain railling tangga yang telah terukur. Bagaikan disambar guntur, khilaf rasanya, penulis segera menjanjikan desain tersebut sesegera mungkin untuk diselesaikan dalam kurun satu hari.
Lantas, bagaimanakah rupa desain kali ini? Apakah desain tersebut serupa dengan desain-desain lainnya? Akankah desain tersebut kembali direvisi? Akankah desain tersebut akan selesai pada target pekan ini? Semuanya pertanyaan tersebut sangatlah mungkin. Pasalnya, sistem pengerjaan pararel yang telah diterapkan sejak awal pengerjaan membuat fokus pekerjaan terbagi rata. Kekurangan dari sistem ini adalah kurangnya antisipasi para pekerja dalam hal menghadapi batas waktu yang telah ditetapkan. Perlahan nan pasti, hari demi hari, akan nampak jelas proses pengerjaan yang telah berlangsung selama hampir dua pekan tersebut. Untuk itu pula, bandingkan artikel-artikel tentang Operasi Teras Atas Garasi sebelumnya.
Seusai istirahat siang, tampak hiruk pikuk para pekerja memenuhi area kekuasaan mereka. Kendati demikian, penulis mampu menyelesaikan desain tangga dengan konsep silang (Dapat berkonsentrasi tanpa ganggunan atas kegaduhan yang telah diciptakan oleh para pekerja-red), merespon serta menyesuaikan dengan irama railling, struktur atap, serta lantai (Pola tak beraturan-red). Konsep desain railling tangga hampir menyerupai konsep bangku. Desain kali ini dibuat menjadi beberapa alternatif (Tujuannya agar kesempatan untuk merevisi lebih kecil. Hal ini merupakan langkah awal mengantisipasi demam revisi-red). Alternatif pertama desain railling ini menggunakan konsep yang sama dengan konsep kolom teras. Tujuan pembuatan konsep desain yang serupa tersebut adalah agar harmonisasi ruang berdimensi 12 m x 9.35 m tersebut tetap terjaga. Selain itu, pembuatan konsep yang serupa juga menghindari terlalu banyaknya variasi konsep dalam suatu ruang yang justru dapat menghancurkan harmonisasi ruang. Lebih jauh lagi, penulis menggunakan balok kayu berdimensi 5 cm x 3 cm sebagai rangka-rangkanya serta papan kayu berdimensi 20 cm x 2 cm (Sudah sangat jelas bahwa kayu yang digunakan merupakan kayu spesies bengkirai sejak artikel-artikel sebelumnya-red). Namun, konsep kali ini sedikit lebih bervariasi dibandingkan dari desain awal. Pasalnya, bidang permukaan desain tersebut (Tampak atas, seperti meja bar-red) tidak rata. Penulis memainkan irama tinggi rendah mengingat fungsi kali ini tidak dapat digunakan sebagai tempat istirahat (Tidur-red).
  Sekarang, marilah kita bahas alternatif kedua yang kali ini dituangkan oleh rekan penulis, Diaz Drie. Konsepnya pun terlihat dinamis, artinya bahwa permainan tinggi rendah pada permukaan tetap menjadi favorit bagi penulis serta rekan-rekannya. Hanya saja, perbedaan desain terlihat pada elemen visual fasad-fasadnya. Mengapa? Pada dasarnya, alternatif-alternatif desain yang dikemukakan oleh penulis serta rekan-rekannya tersebut memiliki perbedaan pada pengolahan elemen visual fasadnya. Namun, konsep kali ini terlihat lebih menyerupai desain pola bangku (Pendekatannya hampir sama dengan prinsip pada alternatif pertama-red).
Konsep alternatif ketiga pun tidak kalah menarik. Konsep yang didawangi oleh Ayu tersebut bila dilihat dari tampak fasadnya akan menyerupai susunan kursi yang ditumpuk secara berselang-seling. Walaupun konsep dasarnya sedikit berbeda dari kedua konsep sebelumnya, namun konsep ini tetap mempertahankan keharmonisan ruang secara menyeluruh (Lihat saja pola-pola garis keseluruhan lokasi proyek-red). Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah gambar dibawah ini.
Alternatif Desain Railling
 Perbandingan
Kali pertama, langit seakan hendak runtuh. Bagaimana tidak, awan hitam seolah-olah menyatu dengan tangisan keji. Kezaliman mereka seolah-olah hendak menguasai dunia ruang terbuka dalam tempo yang lama. Bosan memang, terlebih hembusan angin nakal disela-sela kekejian tersebut, membuat permukaan kulit penulis bagaikan disentuh sutra. Penantian lah yang dapat dilakukan oleh penulis serta rekan-rekannya. Sembari menuliskan artikel ini, penulis berdiskusi tentang rencana target pengerjaan proyek esok. Keintiman diskusi tersebut membuat suasana dingin yang penuh arogan tersebut mendadak dikuasai oleh kehangatan serta kelembutan. Penulis serta rekannya mendiskusikan bahwa banyak sekali revisi-revisi desain pelaksanaan ketimbang desain perencanaan.
Memang, tak pelak banyak faktor yang sangat mempengaruhi hal-hal tersebut. Sebut saja desain lantai yang mengalami revisi beberapa kali, belum ditambahkan dengan revisi desain bangku serta railling tangga. Tampaknya, hanya desain konstruksi atap beserta penutupnya lah yang tidak mengalami renovasi. Sebenarnya, konsep awal yang sebagian besar tidak disertai dengan dimensi terukur lah diduga sebagai biang keladi revisi, atau mungkin hal-hal lainnya seperti masukan-masukan konsep baru yang menurut penulis serta rekan-rekannya lebih ‘hidup’.
  
Awal Suatu Penantian
Kegetiran serta kegundahan kerap menjadi satu. Penulis berspekulasi bahwa target pengerjaan proyek selama dua minggu ini sepertinya akan tertunda untuk sementara waktu. Mengapa? Hal ini disebabkan oleh keterikatan kontrak lain yang harus dilaksanakan oleh para pekerja. Apa daya, dengan sisa waktu beberapa hari ini, tentunya harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Marilah kita lihat, kondisi terkini lokasi proyek yang dideskripsikan sebagai berikut.
Pengerjaan lantai telah masuk dalam tahap pengecoran. Namun, parket-parket kayu nampak belum dipasangkan pada tempatnya. Pak Imron sendir mengemukakan alasan khusus. Pasalnya, parket-parket kayu sebaiknya dipasangkan kelak, seusai semua lantai dicor dengan rapi. Lantas, penulis segera mengingatkan Pak Imron sendiri untuk segera menghaluskan permukaan lantai tersebut (Setelah semalam mendapat wejangan dari sang arsitek tentunya-red). Pak Imron pun segera menyanggupi instruksi yang dikemukakan oleh penulis (Walaupun keluh dan kesah masih dikemukakan oleh Pak Imron, seperti mengeluh akan tempo pengerjaan yang lama-red). Penulis serta rekan-rekannya berusaha untuk lebih fokus pada pengerjaan lantai mengingat batas tempo yang semakin singkat, dengan harapan lantai dapat segera terselesaikan (Minimal proses penghalusan permukaan lantai sudah terealisasi-red).
Pekerjaan lainnya yang tak kalah ‘menariknya’ adalah proses pemasangan penutup atap yang hingga kini belum  terealisasikan. Pasalnya, pasokan penutup atap yang telah dipesan oleh Pak Imron pada salah satu toko material bangunan yang berlokasi di Jalan Mataram ini habis untuk sementara. Maka, langkah terakhir yang harus ditempuh adalah memesan material-material tersebut sembari menanti serta mengalihkan fokus pengerjaan atap tersebut ke pengerjaan lantai.
Pekerjaan lainnya yang sedang terealisasi pula adalah pemasangan railling, serta pembuatan bangku. Saat ini, pengerjaan railling telah selesai pada bagian koridor teras, sedangkan desain bangku masih dalam tahap pembuatan konstruksinya.
 Suasana Proyek Keseluruhan
Suasana Pembuatan Rangka Bangku (Atas) dan Pembentukan Grid Lantai (Bawah)
Batas Kontrak dan Kesempatan Berevaluasi
Sangatlah disayangkan bila suatu pekerjaan proyek harus terhenti dalam tempo sementara. Apa daya, semua terget pengerjaan yang dispekulasikan bakal selesai selama dua minggu harus mengalami nasib perpanjangan kontrak. Setidaknya, proses memahami yang penulis terapkan bagi para pekerja menunjukkan peningkatan. Para pekerja yang semula hanya mementingkan kuantitas semata, kini mampu berpikir lebih baik (Akan tetapi, kesemuanya tetap harus di dalam pengawasan penulis beserta rekan-rekannya!-red). Beberapa hal yang juga mengalami peningkatan yang terbilang cukup signifikan adalah proses penerapan desain terlaksana terhadap desain terencana yang dapat beriringan secara lancar. Kendati desain awal yang kerap direvisi, semuanya tetap dapat diterapkan secara baik oleh para pekerja. Setidaknya, satu permasalahan sedang melalui proses pematangan ‘rasa’ pengolahan konsep menjadi kenyataan.
Hari kian larut, namun kegetiran alam tak kunjung sirna. Apakah penyebabnya? Mega-mega keji masih menikmati kegalauan bulan serta para bintang. Tak setitik pun kesemuanya nampak di kegelapan semesta. Lambat laun kedukaan langit pun sirna. Kesunyian malam menandakan aktivitas ruang luar telah siap untuk dijamah kembali. Kesempatan inilah yang kemudian diambil oleh penulis beserta rekan-rekannya guna mengevaluasi kegiatan proyek yang hampir mendekati dua pekan. Sambil menikmati hidangan makan malam, penulis beserta rekan-rekannya membahas tentang rencana pengerjaan esok. Berdasarkan keputusan mufakat, para pekerja akan difokuskan pada pengerjaan lantai (Terutama menghaluskan permukaannya-red). Setidaknya, penulis beserta rekan-rekannya mengharapkan setidaknya ada satu pekerjaan yang benar-benar selesai sebagai bahan evaluasi ketika sang arsitek melakukan kunjungan pengamatan langsung ke lokasi proyek.
Written by AJMariendo
 =====================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar