Sabtu, 16 Oktober 2010

Operasi Teras Atas Garasi - Laporan Pengamatan (4)

 Laporan pengamatan lapangan hari Kamis 14 Oktober 2010  dimuat ulang dari http://ajmariendo.blogspot.com/2010/10/misi-sumur-boto-atap-teras-bagian-ii.html#comment-form 
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Uji Coba Desain Bangku (Desain Direvisi Oleh Penulis)

Proses desain dimulai dari sketsa-sketsa kasar Penulis (Dalam kasus ini, AJMariendo dan salah satu rekannya, Diaz-red) diatas selembar kertas, banyak ide-ide yang dituangkan ke dalam desain. Konsep desain yang dipikirkan melingkupi pengolahan desain secara fungsional (standar kebutuhan kenyamanan pengguna) dan pengolahan desain secara visual.
Sketsa Desain Bangku Baru
Gambar Kerja Desain Bangku Baru
Sebenarnya, pada hari sebelumnya pun telah dibahas tentang desain bangku tersebut  (Desain direvisi oleh AJMariendo dan Richie Santoso-red). Akan tetapi, konsep desain yang terlalu monoton tanpa adanya repetisi dan irama membuat konsep desain bangku tersebut direvisi kembali lebih matang pada hari ini. Gracias! Selalu saja pemikiran baru membuahkan hasil yang signifikan. Desain bangku yang direvisi pada hari ini jauh lebih ‘hidup’ dibandingkan sebelumnya (Lihat pula bacaan Operasi Teras Atas Garasi Hari Ketiga, yang menjelaskan lebih detail tentang desain bangku awal-red).
Sketsa Desain Bangku Sebelumnya
Setelah desain dirasa mantap, penulis pun segera bergegas menuju lokasi proyek. Setibanya di lokasi proyek, penulis segera bercengkrama dengan kepala pekerja karena bersama-sama mecari solusi penerapan desain yang telah penulis revisi, tentunya berlandaskan atas desain awal yang telah dibuat oleh pemilik proyek. Alhasil, desain tersebut pun dapat diterapkan dengan mudah tanpa harus mengubah kembali konsep desain tersebut di lapangan. Dalam diskusi tersebut, tentu saja selalu rentan akan perdebatan-perdebatan hangat, namun hasil yang didapat  selalu melegakan hati bagi kedua belah pihak. Mengapa dapat terjadi demikian? Mari saksikan penjelasan penulis berikut ini. Pertama, ketika menyampaikan gagasan desain yang telah penulis buat kepada kepala pekerja, Pak Imron, penulis menentukan secara detail tentang motif, tekstur, serta bahan-bahan dibutuhkan (Maaf, hal ini terjadi oleh karena sang arsitek yang bersangkutan tidak menjelaskan desain bangku tepi railling secara detail-red). Oleh karena sketsa desain awal tidak menjelaskan secara detail tentang tekstur dan motif, maka penulis membuat sketsa beserta motif secara terukur. Penulis membuat standar kenyamanan duduk untuk seorang manusia dengan dimensi 40 cm x 40 cm, termasuk ketinggian bangku sekitar 40 cm. Standar kenyamanan ini tidak hanya berasal dari literatur saja, melainkan penulis sendiri menguji coba beberapa tingkat ketinggian, seperti 40 cm, 45 cm, dan 50 cm. Keputusan terakhir pun ditentukan karena ketinggian 40 cm-lah yang paling nyaman dan ideal untuk manusia (Untuk standar manusia Indonesia, ukuran tubuh terlebih kaki lebih kecil dibandingkan dengan orang Barat-red).

Kedua, bila diamati dari tampak depan, maka akan didapati bahwa permukaan atas bangku tidak rata. Hal ini disebabkan oleh dimensi papan kayu yang berbeda dengan balok kayu. Sebut saja, dimensi balok kayu bengkirai (Bengkirai merupakan nama jenis kayu dengan kualitas yang cukup baik dan kuat-red) 3/5 dalam sentimeter, sedangkan dimensi papan kayu bengkirai adalah 400 cm x 20 cm x 2 cm. Lantas, apakah perbedaan ketinggian pada bagian permukaan akan mempengaruhi kenyamanan pelaku? Tentu saja tidak (Lihat ketika penulis mendeskripsikan standar kenyamanan untuk setiap individu-red).

Belajar Berpikir Lebih Kreatif
Setelah pembahasan tentang desain bangku usai, penulis bergegas mengonsentrasikan pengawasan pada aktivitas lapangan kembali. Seperti biasa, penulis mendokumentasikan aktivitas harian lapangan dengan kamera ponsel kesayangannya sembari memikirkan target-target pencapaian hari ini. Tampak kolom-kolom sudah mulai didirikan semuanya. Gemuruh suara palu yang memburu paku-paku di tengah-tengah hiruk pikuk aktivitas pekerja semakin mencucurkan keringat para pekerja. Perlu diketahui bahwa ketinggian masing-masing kolom tidak sama panjangngya (Seperti yang tertuang dalam sketsa sang arsitek proyek-red) karena mempertimbangkan aliran air ketika hujan siap mendominasi alam. Namun, terdapat suatu keheranan pada diri penulis ketika penulis melihat bagian bawah tiang-tiang kolom yang sudah berdiri tanpa dicor terlebih dahulu. Tanpa segan, penulis pun segera meminta penjelasan lebih lanjut bagaimanakah cara mereka yakin akan sistem pengerjaan yang mereka lakukan. Pada mulanya, tiang-tiang kolom ditegakkan sengan bantuan bekisting papan dan balok kayu penyangga yang saling menghubungkan antarkolom (Bertujuan menjamin kekakuan bekisting tentunya-red). Lantas, para pekerja mulai menyelesaikan masing-masing kolom sesuai desain yang telah diberikan oleh sang arsitek. Bila diamati secara saksama, tampak satuan kolom yang menyerupai ranting pohon karena pada bagian pangkal atas kolom seolah-olah menjuntai hendak mencengkram langit (Mencengkeram langit akibat penutup atap yang belum terpasang satu helai pun-red). Nah, satu hal lain yang masih belum  terjawab adalah tentang kapankah waktu pengecoran ujung bawah kolom tersebut dimulai? Seusai penulis menanyakan hal-hal tersebut, Pak Imron seketika itu pula menimpali pertanyaan-pertanyaan penulis dengan jawaban sederhana (Pak Imron sudah telaten ketika harus melakukan dua pekerjaan sekaligus dalam waktu yang bersamaan, yaitu menggergaji balok kayu sembari menjawab pertanyaa penulis!-red). Pak Imron menjelaskan bahwa amat disayangkan bila pengecoran bagian ujung bawah kolom dilakukan lebih dini. Pemakuan, penyambungan, serta keberadaan pekerja diatas atap secara keseluruhan akan menggerakkan dan melenyapkan kekuatan struktur secara perlahan yang disebabkan oleh berkurangnya kekuatan struktur atap secara keseluruhan. Penjelasan logika sederhana nan singkat tersebut langsung memberikan jawaban yang memuaskan pagi penulis. Ya, cukup menyenangkan memang, didukung dengan tawa gemilang serta cuaca yang cerah, secerah semangat sang Penulis.
Suasana Hiruk Pikuk Tengah Hari


Seketika itu, Pak Imron segera menghampiri penulis yang hendak menjelaskan tentang sisa-sisa kayu yang ternyata dapat digunakan sebagai material pembuatan bangku. Ya, penulis menjadi teringat akan kebijaksanaan Romo Mangunwijaya yang kerap menggunakan material-material bekas. Tak pelak, penulis langsung menyetujui ide re-use tersebut. Meskipun tidak banyak memang, sedikit sisa-sisa material tentunya sangat berguna dalam memunculkan ide-ide kreatif, baik secara langsung di lokasi lapangan proyek maupun secara tidak langsung di balik meja.


Proses Pemakuan Kolom Setelah Ditegakkan
Banyak sekali hal yang penulis pelajari dalam opeasi atap teras garasi, memahami akan sesuatu hal itu sangatlah mutlak yang harus dipedomankan, terlebih para pekerja pun sangat membantu mencarikan solusi lapangan. Entah apa yang membuat iklim bumi ini sekejab berubah telak (Seperti biasa, kasus global warming selalu memberikan dampak-dampak ekstrim-red). Ibarat air seketika tersihir menjadi api, awan hitam pun mulai menari-nari kegirangan yang ditemani oleh nyanyian angin yang mencekam, pertanda hujan akan segera datang. Dugaan penulis pun tepat karena seketika itu pula, air-air segera mencampakkan diri mereka menumbuk tanah, perlahan tapi pasti. Dengan demikian, aktivitas proyek hari ini disejukkan dengan gerimis.

Penulis : AJMariendo dan Diaz Drie Utama  
 


 

1 komentar: