Rabu, 20 Oktober 2010

Operasi Teras Atas Garasi - Laporan Pengamatan (5 + 6)

  Laporan pengamatan lapangan hari Jumat dan Sabtu 15-16 Oktober 2010  dimuat ulang dari http://ajmariendo.blogspot.com/2010/10/misi-sumur-boto-atap-teras-bagian-ii.html#comment-form
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Revisi...Revisi...dan Revisi!
Terkadang, kenyataan tidak selalu berjalan mulus layaknya yang kita harapkan (Yang kita semua impikan-red). Ya, bayangkan saja, untuk mendesain sebuah konsep bangku taman atap garasi saja harus direvisi beberapa kali, layaknya memecah baja. Lantas, revisi seperti apa lagi kah yang ternyata kurang berkenan pada desain kali ini? Simak penuturan penulis berikut.
Sepekan hampir berlalu sejak proyek ini dimulai, namun, penyelesaian proyek ini pun masih dalam tahap setengah matang. Rasanya, tampak tidak ada perbedaan kondisi cuaca pada hari ini. Entah terik entah mendung, setiap pelaku tetap bertahan pada dunianya masing-masing. Seperti biasa penulis mengamati aktivitas kala itu. Tampak semuanya berjalan sesuai rencana. Empat orang pekerja sedang asyik memamerkan keterampilan mereka sembari menikmati untuk didokumentasi (Ini merupakan suatu fakta bahwa para pekerja yang seolah-olah low profile sebenarnya sangatlah narsis sekali! Mereka sangatlah menggemari diri mereka untuk didokumentasi-red). Setelah desain disetujui sehari sebelumnya (Baca pula secara detail pada Operasi Atap Teras Garasi Hari IV-red), seketika itu pula Pak Imron segera menghampiri penulis, menghendaki agar desain yang telah penulis cetak untuk segera diperbesar. Tentu saja hal tersebut merupakan perkara yang mudah mengingat desain-desain tersebut sudah disetujui untuk dikerjakan. Segera saja penulis mencari lokasi yang cukup teduh untuk berdiskusi lebih jauh. Pak Imron pun menjelaskan rencana salah satu material yang akan digunakan kemudian. Kami diberi kabar baik, penulis serasa bak memeluk alam semesta. Pasalnya, beberapa balok-balok kayu sisa hasil pemotongan konstruksi atap garasi tersebut masih dapat digunakan sebagai alas duduk (Bagian dimana, maaf, bokong kita bersandar-red). Namun, penulis merasa tersentak kaget layaknya dihantam badai hujan. Tentu saja dimensi kayu-kayu sisa tersebut berbeda seperti yang telah penulis gambar pada hari sebelumnya (Terus terang saja peristiwa ini diluar perkiraan penulis!-red). Dimensi kayu-kayu sisa tersebut dua kali lebih besar daripada balok-balok kayu yang akan digunakan. Ukuran balok tersebut adalah 3 cm x 10 cm, sedangkan balok yang direncanakan adalah 3 cm x 5 cm. Desain bangku semula dibagi menjadi empat ruas yang berselang-seling. Akan tetapi, penulis perlu membayangkan pembagian ruas-ruas baru yang menyesuaikan dimensi balok-balok ‘baru’ tersebut. Penulis pun segera berpikir, bagaimanakah caranya agar konsep desain yang telah dibuat tetap dapat dipertahankan. Setelah itu, penulis menyetujui untuk merevisi kembali desain yang telah dibuat sebelumnya. Prinsipnya adalah bahwa penulis sangat menjunjung idealis tentang pemanfaatan material-material sisa secara optimal.
 Penyelesaian Kolom Terakhir
Suasana Proyek Menjelang Tengah Hari
Mendiskusikan Bahan Bangku
Kayu Sisa Sebagai Bahan Alternatif Bangku I
Kayu Sisa Sebagai Bahan Alternatif Bangku I
Selanjutnya, tindakan apakah yang dilakukan penulis? Pertama, secara klise penulis langsung kembali menuju ke ‘markas’ alias kediaman sang arsitek proyek. Kedua, penulis segera mengerjakan desain bangku baru sembari memutar musik-musik mp3 yang bersumber dari laptop (Bisa dibayangkan bahwa mengerjakan sesuatu tanpa hiburan sama sekali hanya akan membuat kita sebagai manusia tambah merasakan depresi hebat! Ya, walaupun sepertinya proyek ini terlihat cukup sederhana, bila dikerjakan dengan ‘hati’ tentu saja membutuhkan proses berpikir yang sangat matang, tidak asal-asalan-red). Selanjutnya (Ketiga-red), desain baru pun berhasil dipecahkan karena konsep bangku yang berselang-seling masih dapat digunakan. Aneh bin ajaib, selisih celah antarbalok tidak berubah. Mengapa dapat terjadi demikian? Hal ini disebabkan modul setiap pelaku ketika duduk dihitung dengan dimensi 45 cm x 45 cm, sehingga bila ketiga balok yang berdimensi 3 cm x 10 cm tersebut diselang dengan jarak 5 cm (Hal ini berarti tidak ada perubahan konsep desain secara signifikan, cukup melegakan pada akhirnya-red).
Desain Revisi Bangku (Adaptasi Dengan Material Sisa)
Memahami Suatu Perbedaan
Satu masalah telah terselesaikan kembali sembari masalah-masalah lainnya sedang dalam penanganan secara matang. Selama genap hampir satu minggu penulis berkecimpung dalam proyek ‘sederhana’ (Mayoritas orang tentu akan berpikir demikian-red). Penulis kembali pada ‘dunia belakang meja’ yang dominan bercengkerama di dunia maya tentunya. Melakukan pekerjaan tersebut sebenarnya hampir sama dengan aktivitas di lapangan. Lantas, perbedaan secara signifikan yang bagaimanakah yang membuat orang kerap kali menggemari aktivitas lapangan? Ya, jawabannya cukup sederhana bahwa pekerjaan lapangan lebih banyak mengandalkan reaksi yang bersifat spontan (Selalu berhubungan dengan kepentingan-kepentingan yang sangat mendesak-red). Sebagai contoh, ketika proses pengukuran dan perhitungan pada ‘dunia belakang meja’ melenceng dari pengukuran lapangan, maka seorang perancang harus segera menemukan solusinya seketika itu juga. Sebut saja, pekerjaan mengubah konsep desain bangku dan lantai yang telah terjadi beberapa kali. Sebagai seorang pekerja yang mempedomankan waktu, Pak Imron menginginkan keputusan dan persetujuan ‘ala’ lapangan walaupun penyelesaian desain secara terukur pun dapat dilakukan dan ditentukan pleh penulis kemudian. Bagaimana dengan ‘dunia belakang meja’? Sebenarnya kedua dunia kerja tersebut sama-sama menghabiskan kalori dan pikiran. Hanya saja, memikirkan konsep ‘dibelakang meja’ dapat dilakukan dengan lebih rileks. Sebagai contoh, ketika penulis memperjelas konsep desain bangku dan lantai yang telah digagaskan di lapangan, penulis dapat melakukan aktivitas tersebut sembari mendengarkan musik, meminum serta memakan ‘sesuatu yang ringan’ (Tentu saja yang dimaksud adalah semua benda yang bernama makanan-red).

Tak Kunjung Usai
Seusai waktu istirahat (Maksudnya adalah setelah melakukan aktivitas makan siang sembari beristirahat sejenak-red), penulis bergegas menuju lokasi proyek untuk yang kedua kalinya (Dihitung pada hari itu saja, bila dihitung secara total mungkin sudah berulang kali alias berkali-kali-red). Penulis sudah terbiasa menyaksikan erangan serta lolongan kayu yang dihujam oleh keliaran paku besar nan tajam yang acap kali dilakukan oleh para pekerja (Ya, memang seperti inilah riwayat aktivitas lapangan proyek, dimanapun-red). Bila diperhatikan secara saksama, maka terdapat dua macam perlakuan sistem penyambungan kayu. Pertama, kayu kuda-kuda yang berperan sebagai batang tarik disambungkan dengan sistem mur dan baut, sedangkan pada bagian batang tekan dikerjakan dengan cara dipaku. Lalu pertanyaannya adalah, kapankah waktu pengerjaan atap utama segera selesai? Pak Imron menegaskan bahwa akan segera terselesaikan dalam akhir pekan ini (Hal ini berarti akan jatuh tepat hari ini dimana tulisan ini sedang dibuat-red). Akan tetapi, keraguan yang acap kali berkecamuk di dada penulis, akankah semua yang telah direncanakan berjalan dan selesai tepat sesuai dengan target yang telah direncanakan. Kemudian, penulis teringat kembali dan segera menemukan jawaban atas pertanyaan ‘hal apakah yang sebenarnya membuat pendirian konstruksi atap menggerogoti waktu begitu lama?’ Ternyata, proses penghalusan kayu, pemotongan yang terbilang lumayan rapi (Tidak bijaksana bila penulis langsung membandingkan dengan para pekerja di Bali, jauh sekali tentunya-red) itu sendiri memakan waktu sampai hari ini. Untung saja semua aktivitas proyek ini dilakukan oleh lima orang. Pembagian tugas pun dibagi dengan perbandingan alias formasi 3:1:1. Tiga orang (60% pelaku) fokus pada bagian penghalusan kayu serta pemasangannya, sementara yang lainnya (40% pelaku) mengerjakan dinding bata, mengaduk semen, serta mengangkut bata dengan cara dilempar dari lantai dasar garasi.

Rasa optimis pun kembali memenuhi raut wajah penulis. Pasalnya, penulis benar-benar yakin bahwa proses pengerjaan seminggu kedepan akan segera difokuskan pada pemasangan penutup atap, pembuatan lantai, serta pembuatan bangku! Sembari menunggu pekerjaan hari ini, penulis teringat akan perkataan Pak Imron kemarin tentang material aluminium yang akan digunakan. Pasalnya, Pak Imron menawarkan dua macam dimensi aluminium yang terdapat di pasaran. Aluminium pertama berdimensi 1 cm x 2 cm sedangkan yang lainnya adalah 1 cm x 1 cm. Coba tebak, aluminium yang manakah yang selanjutnya dipilih oleh penulis? Tentu saja penulis memilih aluminum yang pertama karena dimensi 2 cm pada aluminium tersebut sama dengan konsep rencana pembuatan selisih ketinggian antara permukaan lantai. Artinya bahwa terdapat dua perbedaan ketinggian lantai pada ruang tersebut, yaitu ruang yang digunakan untuk aktivitas yang bersifat aktif (Misalnya duduk-duduk, kongkow, berdiskusi, bersantai-red) dengan ruang yang hanya bersifat pasif karena hanya digunakan sebagai wadah bagi vegetasi-vegetasi berpot pemilik rumah (Konon menurut Errik sendiri, semua vegetasi berpot yang berada dirumahnya adalah milik sang ibu tercinta-red).
Akhir perjalanan aktivitas hari ini terbilang cukup melelahkan, baik secara fisik maupun secara psikis. Namun, entah mengapa, penulis merasakan suatu kepuasan tentang antisipasi-antisipasi yang telah dilakukan sepanjang hari ini. Intinya adalah, tetap berjuang! Bravo!

Lekas Bangkit dan Lakukan!
Setelah pembahasan tentang desain bangku usai, semua pihak kembali melakukan aktivitas lainnya. Dapat dikatakan, berdasarkan fakta selama proyek telah berlangsung hingga hari ini bahwa penulis benar-benar memfokuskan kegiatannya dengan memberikan porsi asupan yang berlebih pada proyek ini. Pasalnya, ketika aktivitas proyek telah usai, penulis masih melanjutkan proyek tersebut dengan mengedit foto, mencari info dan literatur yang mendukung, berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait (Pihak yang berhubungan dengan diri penulis-red), serta mempublikasikan hal-hal yang dikira edukatif, inspiratif, serta kreatif. Bagi kebanyakan kaum aktivis (Mungkin beberapa orang akan menyebutnya sebagai penggila ‘kerja’-red), kesibukan yang signifikan setiap harinya justru akan membuat waktu berjalan kian cepat pula. Hal ini terbukti bagi penulis!
Begitu cepat pula hari berlari kian kencang sekencang batas waktu proyek yang kian memvonis kedua belah pihak untuk segera menyelesaikan proyek ini. Akankah rasio waktu proyek sejalan dengan rasio perkembangan proyek? Kita akan mengetahui dalam waktu dekat ini. Kita akan kembali pada aktivitas proyek yang dimulai pada hari keenam.

Belajarlah Segala Sesuatu Dari Proses dan...Revisi Lagi?
Kita semua secara umum sepakat (Terlebih pada warga Kota Semarang-red) bahwa kondisi iklim harian yang kian ekstrim membuat kita sulit untuk memprediksi apakah cuaca hari ini akan cerah, berawan, atau hujan.Terkadang, bahkan sangat sering belakangan ini, satu hari bisa terjadi tiga kali perbedaan iklim (Mungkin lebih dan berulang-ulang-red). Matahari tampak sedikit malu mengintip dibalik awan nakal pagi yang mengganggunya. Penulis kali ini datang ke lokasi proyek jauh lebih telat, sekitar pukul 08.30 baru tiba ke lokasi proyek. Pantas saja, semalam penulis sibuk mengedit video serta foto-foto aktivitas yang begitu banyaknya untuk digabungkan. Dengan kata lain bahwa penulis kurang beristirahat yang cukup. Sepertinya, segudang pertanyaan dalam benak penulis mulai terjawab perlahan demi perlahan. Pasalnya, tiang-tiang kolom kayu sudah hampir seluruhnya berdiri dengan sempurna. Semua kolom telah terkoneksi penuh yang juga dikakukan oleh gording-gording kayu bengkirai nan kokoh. Hal ini berarti bahwa proses pemasangan reng sembari menghaluskan balok-balok kayu tersebut akan segera terwujud. Ya, benar saja, ketika penulis menjumpai Pak Imron pagi hari itu, ia segera meminta desain lantai yang benar-benar terukur guna lekas mengerjakannya. Lalu, kami pun membutuhkan data-data lapangan yang akan kami bandingkan pada data digital yang telah dibuat oleh sang arsitek. Percaya atau tidak, terdapat beberapa perhitungan yang sedikit meleset, baik lebih maupun kurang seperti yang diperkirakan. Lubang tangga yang semula tertera dengan dimensi 3 m x 1.35 m ternyata berdimensi asli 3.35 m x 1.25. Kemudian, jarak tepi kolom terluar yang paling dekat dengan railing yang semula 2.5 m menjadi 2.55 m.
Pak Imron menegaskan bahwa dalam kondisi lapangan, hal tersebut sangatlah wajar bila terdapat selisih antara dimensi terukur yang terencana dengan dimensi asli lapangan yang terlaksana. Selanjutnya, penulis kembali mengukur ulang dimensi lokasi proyek secara keseluruhan guna mengkomparasikan pada gambar kerja digital yang telah dibuat sebelumnya. Tentu saja, konsep sketsa yang telah dibuat oleh sang arsitek kurang menunjukkan ukuran yang dibutuhkan di dalam lapangan. Sembari mendokumentasi harian (Untuk hari ini, penulis lebih berfokus pada perekaman dengan video karena aktivitas hari ini terlihat sangat cantik-red), penulis pun segera berdiskusi tentang konsep lantai yang harus segera dikerjakan pada hari Senin mendatang. Pak Imron pun segera menjelaskan bahwa mereka membutuhkan semua desain terukur pada hari Senin. Lekas saja, bak dikejar anjing, penulis segera memasuki ‘markas’ dengan cepatnya. Sinar matahari siang yang begitu angkuhnya segera dicampakkan oleh kelicikan awan-awan hitam. Hal ini pertanda bahwa sebentar lagi langit hendak mencucurkan air mata cukup lama (Mengingat sudah beberapa hari langit menunjukkan pertanda yang demikian serupa namun hujan tak lekas bercucuran-red). Entah apa yang telah terjadi, penulis memutuskan untuk tetap mengacuhkan kenakalan iklim tersebut. Penulis kembali melanjutkan pembuatan denah lantai secara terukur.

Hal Penting Lainnya (Pesan Untuk Sang Arsitek)
Tibalah penulis memasuki bagian desain yang cukup rumit. Apakah itu tentang bangku? (Lagi?-red). Tentu saja bukan dan jauh lebih membutuhkan kesabaran ekstra. Terjadwal pada Hari Senin, pekerjaan lantai akan mulai dilakukan. Kemudian, penulis pun menemukan sedikit dilema karena terdapat beberapa desain yang harus dipikirkan dan dipilih secara bijaksana, mulai dari pemilihan material hingga pengolahan motif dan tekstur. Lebih jauh lagi, penulis membuat dua konsep dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Perhatikanlah desain awal sang arsitek yang menggunakan sistem bersinggungan dan overlapping. Lantas, apa yang membuat pekerjaan desain awal ini begitu sulit untuk dikerjakan dalam waktu yang relatif singkat? Pertama (Lagi-lagi dengan kata-kata ini-red), konsep sangat tidak beraturan (Termasuk dimensi frame pembatas bidang yang tidak beraturan-red) sangat sulit untuk ditentukan dalam lapangan secara langsung. Mengapa dapat terjadi demikian? Bayangkan saja bila frame tersebut harus dibagi dan dipotong tanpa patokan ukuran yang jelas akan menghabiskan waktu pengukuran yang luar biasa borosnya. Kedua, Luas permukaan bidang proyek tersebut cukup besar yang berdimensi 12 m x 9.35 m sehingga pengukuran modul papan kayu yang berdimensi 80 cm x 40 cm akan membutuhkan waktu yang luar biasa ekstrim lamanya. Ketiga, konsep desain semula yang hendak menggunakan frame kaca tipis sebagai pola pembatas antarbidang-bidang acian dan parket kayu cukup sulit untuk dikerjakan. Hal ini disebabkan proses pemotongan dan pengangkutan kaca yang cukup sulit (Sangat jauh bila dibandingkan dengan sistem pekerjaan tukang di Bali yang jauh lebih profesional-red) membuat konsep desain frame direvisi dengan menggunakan material aluminium. Keempat, material aluminium akan menghabiskan biaya yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan material kaca (Sungguh pekerjaan yang membingungkan sekali, bukan?-red).
Tiga Macam Alternatif Desain Lantai Yang Telah Direvisi
Letih, depresi, dan bingung seolah bersatu padu yang bergerak penuh semangat guna melenyapkan penulis. Bertahan! Itulah kunci keberhasilan kali ini. Setelah seharian penuh menghabiskan waktu dalam mendiskusikan alternatif konsep desain revisi yang lebih bijaksana. Dengan kata lain, penulis akhirnya menemukan konsep baru. Ya, penulis yakin para pembaca pasti sangat ingin tahu konsep revisinya bukan? (Kalau seandainya tidak pun penulis akan tetap menjelaskannya-red). Pertama, konsep overlapping dan bersinggungan yang telah dijelaskan di alinea sebelumnya mungkin tetap dapat dipertahankan atau diubah sedikit. Jadi, konsep bersinggungan dan overlapping maupun yang tidak, tentunya tidak akan mengganggu pola frame. Perlu diingat bahwa frame yang digunakan hanya akan berfungsi sebagai pembatas atau pemisah antarpola yang satu dengan yang lainnya. Jadi, frame-frame (Material frame yang direncanakan akan dijelaskan kemudian-red) dibuat dengan ukuran modul 3 m x 1.5 m. Hal ini berarti untuk frame hanya terdiri dari satu modul saja. Kedua, konsep estetika tidak dilupakan begitu saja, namun dibuat lebih sederhana. Papan-papan kayu bengkirai ini akan dipasang secara acak dengan beberapa ukuran, yaitu 80 cm x 40 cm (Ukuran yang paling besar-red), 80 cm x 20 cm 40 cm x 40 cm, dan 40 cm x 20 cm (Ukuran yang paling kecil-red). Frame yang akan digunakan pada akhirnya adalah material yang sama dengan papan kayu. Tujuan pengalihan material frame tersebut adalah guna menghemat biaya metarial yang melampaui batas anggaran maksimal pemilik proyek. Nah, secara kasar, konsep ini sudah terdengar sempurna, bukan? Jawabannya adalah pasti belum. Ketiga, kondisi tanah cadas yang penuh pasukan rayap nan ganas ini sangat senang menggerogoti semua hal yang berhubungan dengan kayu. Penulis memiliki solusi yaitu dengan cara melapisi kayu-kayu yang akan digunakan tersebut dengan plitur atau pernis. Pak Imron segera menimpali dan mengingatkan bahwa plitur itu sendiri juga mampu tahan terhadap air dalam skala kecil (Sebagai contoh ketika lantai hendak dibersihkan dengan cara dipel-red).
Pada akhirnya, langit menangis penuh duka kala sore itu sehingga penulis terpaksa melanjutkan aktivitas hingga malam hari di markas sang arsitek (Termasuk menyelesaikan tulisan ini-red). Penulis langsung menghubungi Pak Imron guna menjelaskan perubahan konsep desain lantai yang telah direvisi. Tanpa banyaknya perdebatan yang cukup berarti, kedua belah pihak sepakat untuk menerapkan konsep lantai baru tersebut. Cukup melegakan memang, pada akhirnya (Setidaknya untuk hari ini-red).

Pentingnya Berperilaku Hiperaktif Yang Positif
Perlu diakui bahwa mengerjakan proyek ini hanya berdua saja cukup melelahkan (Maklum, penulis belum banyak memiliki pengalaman tentang ini-red) akibat anggota tim yang semula terdiri dari empat orang harus berguguran secara perlahan. Mulai dari tidak mampu menerima tekanan hingga kemalasan yang luar biasa! (Maaf bila penulis sedikit geram dan kesal dalam menulis kalimat terakhir namun demikian kenyataannya-red). Kunci kelancaran serta jalan keluar yang selalu menyertai penulis adalah pentingnya memiliki sikap yang penuh semangat dan ulet. Terbukti sekali bahwa selama satu minggu penuh dengan berbagai masalah yang selalui menghantui penulis, pasti terpecahkan dengan baik. Jauh lebih banyak sisi positif yang didapat dari pengalaman ini, seperti tumbuhnya rasa kepercayaan, optimis akan kemampuan diri, serta menyesuaikan diri secara cepat di lingkungan yang baru dan tak terduga. Sampai jumpa pada laporan terbaru ekspedisi selanjutnya! Gracias! Espiritu!
Written by AJMariendo and Diaz Drie Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar