Kamis, 06 Juni 2013

Sukarno-Ku 6 Juni 2013


Ini Kamis, 6 Juni.
Kebetulan di 2013 tanggal merah peringati  Israj Miraj.
Kebetulan saya juga punya banyak kenangan bahagia yang berujung menyedihkan yang diawali hari ini setahun lalu. Tapi 6 Juni 2013 ini saya ingin fokus pada ulang tahun Sukarno saja sebagai bahan dikenang-kenang.

Saya cari kutipan Sukarno di internet. Ketemu banyak. Tapi sayang sekali kebanyakan sudah klise hingga nyaris cuma jargon buat keren-kerenan anak muda dan politisi saja (ya, saya masih begitu juga sih..). Tapi paling tidak saya ketemu satu kutipan
yang belum terlalu klise yang pas buat twitter saya pagi ini:
“Bebek berjalan berbondong-bondong, akan tetapi burung elang terbang sendirian.”
Kebetulan pagi buta ini saya lagi keluyuran sendirian sehabis lembur bikin draft komik pelestarian cagar budaya di fesfud KFC Banyumanik yang selalu ramai. Jadi ada penghayatan betul atas status itu. Imajinasi terbang layaknya elang tapi sebetulnya lagi naik motor sendirian.

Selanjutnya saya ingin cari hal-hal atau kata-kata terkait Sukarno di koleksi saya di rumah. Saya cari kutipan Sukarno di buku catatan. Ketemu. Tapi sayang terlalu sedikit dan tak lengkap.


Akhirnya saya buka (lagi) buku biografi "Bung Karno; Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" susunannya Cindy Adams yang dibeli bapak saya. Buku itu yang mudah saya temukan dan ambil karena selalu terpajang di ruang keluarga sementara punya saya sendiri entah ada di tumpukan mana (jadi, berkat kurangnya komunikasi-koordinasi maka keluarga kami punya dua buku yang sama!). 


Buku "Sukarno Muda" yang lebih ringkas yang sebetulnya lebih saya suka entah saya taruh di mana. Buku "Di Bawah Bendera Revolusi" yang maha tebal (sekarang harganya antara 1,5 hingga 10 juta!), pinjaman dari kawan Jakarta, enggan saya buka karena ketebalannya itu yang bikin saya suka tunda-tunda terus untuk membacanya sehingga setelah enam bulan saya dipinjami dengan murah hati tetap saja buku itu tutup tak terbaca oleh saya (tentu alasan lainnya karena takut rusak, mengingat buku itu udah rapuh karena cetakan 1960-an).

Ya, akhirnya memang buku susunannya Cindy Adams yang saya buka. Saya bolak-balik lembarnya. Amati jejak-jejak halamannya, dan sampailah pada rangkaian kata yang tepat (setelah saya balik-balik sampai jauh ke dalam hingga belakang, ternyata yang saya cari sesungguhnya ada di bab depan). Saya ketik buat saya sebar di fesbuk. Saya rasa kata-kata ini pas untuk 6 Juni ini daripada saya kutip pemikiran yang rumit-rumit a la Sukarno dewasa.

"Hari lahirku ditandai oleh angka serba enam. Tanggal 6 Juni. Aku bernasib sangat baik dengan dilahirkan di bawah bintang Gemini, lambang anak kembar. Dan memang itulah aku yang sebenarnya. Dua sifat yang sangat bertentangan. Aku bisa lemah lembut atau aku bisa rewel; keras bagai baja, atau puitis penuh perasaan. Pribadiku merupakan perpaduan dari pikiran dan emosi. Aku seorang yang suka memaafkan, akan tetapi aku pun seorang yang keras kepala. Aku menjebloskan musuh-musuh negara ke balik jeruji penjara, namun aku tidak tega membiarkan burung terkurung di dalam sangkar."


Manusiawi betul!

 
----------------------------------------------------------------------


Lalu saya cari lagi bagian yang pernah saya baca dan saya suka karena relevan dengan kondisi yang saya dan kawan-kawan hadapi sebagai sarjana muda. Saya ketemu itu di bab Bahasa Indonesia yang banyak memuat kesusahan-kesusahan Sukarno sebagai insinyur muda sekaligus suami-istri baru. Saya pikir pesan ini akan relevan, sekaligus bisa jadi pengingat buat kawan-kawan saya (apalagi ada yang baru nikah). Saya tambahkan ini di ruang komentar kutipan pertama saya di fesbuk.


Sengaja saya penggal jadi hanya bagian percakapan menarik Sukarno muda dengan profesornya, Wolf Schoemaker:

 
++ SUKARNO: "Anda telah mengatakan, dalam ruang lingkup kecil aku memiliki kemampuan untuk mencipta. Ya, aku ingin mencipta. Tetapi mencipta untukku sendiri. Aku tidak yakin di masa depan aku menjadi pembangun rumah. Cita-citaku menjadi pembangun dari suatu bangsa.

Politik gerakan kebangsaan kami yang lama, yaitu mengadakan kerja sama dengan pemerintah dengan cara mengemis-ngemis, hanya menghasilkan janji-janji yang tidak ditepati. Melalui usahaku, kami baru-baru ini memulai politik non-kooperasi. Sikap ini didasarkan pada hasrat untuk percaya pada diri sendiri dan secara ekonomi terlepas dari bantuan negara asing."
 


-- PROF. WOLF SCHOEMAKER: [setelah mendengarkan dengan tenang] "Anak muda, hendaknya bakatmu dipergunakan secara maksimal. Kalau kau berusaha sendiri, itu akan memakan waktu bertahun-tahun untuk bisa maju. Hanya orang-orang Belanda yang berpangkat tinggi atau pegawai pemerintah yang bisa berhasil mendirikan biro arsitek. Dan mereka tentu keberatan mempekerjakan seorang muda yang tak berpengalaman dan juga kebetulan berada paling atas dalam daftar hitam polisi, karena dianggap sebagai pengacau. Tawaranku ini adalah permulaan yang baik untukmu."  

++ SUKARNO: "Profesor, aku menolak untuk bekerja sama, supaya tetap bebas dalam berpikir dan bertindak. Bila aku bekerja pada pemerintah Hindia Belanda, secara diam-diam aku membantu politik penindasan dari rezim mereka yang otokratis dan monopolistis itu. Pemuda sekarang harus merombak kebiasaan untuk menjadi pegawai kolonial segera setelah lulus dari universitas atau kami tidak akan merdeka."

----------------------------------------------------------------------

 
Saya suka sekali bagian ini yang dalam imajinasi saya si Sukarno muda berdiri dengan gagah tegap penuh kebanggaan berhadapan dengan profesornya yang tampil elegan arif bijaksana menawarkan pekerjaan.


Tapi perlu buru-buru saya katakan-ingatkan. Itu kan dulu ketika zaman Sukarno baru lulus kuliah dan Belanda masih menjajah.

Tentu beda zamannya dengan kita sekarang. Kita kan musti realistis. Perut musti diisi dulu. Lalu siap-siap musti berkeluarga. Lalu musti ngasuh anak, punya rumah sendiri, mobil, lalu berkeliling dunia lihat hal-hal baru, dsb, dsb.

Jadi ya jangan ditelan mentah-mentah. Dipilah-pilahlah mana yang sesuai, yang menguntungkan buat kita. Zaman Sukarno kan beda. Itu memang zaman musti susah-susah.

Jadi buat kawan-kawan yang lulus kuliah lalu ngelamar kerja ke mana-mana, apalagi ngejar-ngejar perusahaan asing yang upahnya gede, boleh dan sah-sah aja. Perut isi dulu, lalu..bla..bla..bla...,lalu..bla..bla..bla...dsb, dsb, baru bangun negeri.

Yang penting kan jangan korupsiii. Sikut-sikutan dikit tidak apa.

----------------------------------------------------------------------


Ngomong-ngomong kawan-kawan,
kalo perut udah terisi, coba deh beli buku biografi "Bung Karno; Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" susunannya Cindy Adams. Bukunya bagus. Enak di baca dan cocok buat kawan-kawan.

Oh ya, tak lupa saya ucapkan di sini,

"Selamat ulang tahun Bung!"



 
 
(Buat kawan-kawan, selamat melanjutkan perjuangan, eh, maksudnya mencari lowongan kerja)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar