Sabtu, 23 Juli 2011

‎"Tahu Imam Prasodjo?"

Saya bertanya kepada teman-teman.
Tidak ada yang tahu.
Maklum, bertanyanya kepada teman-teman arsitektur.


Imam Prasodjo bukan arsitek.
Dia sosiolog.
Tapi dia bisa mengubah wajah hitam kota menjadi lebih cerah.



Begitulah saya lagi-lagi diyakinkan ketika membaca Kompas, Jumat, 22 Juli 2011, Dari Proklamasi Ubah Wajah Kota:




‎"Puluhan komunitas berbasis kegiatan masyarakat tersebar di daerah itu. Mereka yang dulu angkat batu dan saling melukai kini bisa duduk bareng dan ngobrol merencanakan kegiatan bersama. Simbol Tugu Proklamasi mengilhami lahirnya komunitas-komunitas di bawah payung Komunitas Proklamasi.


Perintisan posko kegiatan masyarakat dilakukan sosiolog Imam Prasodjo, yang kebetulan bermukim di kawasan Pegangsaan. Langkah awal dilakukan tahun 2003. Komunitas ibu-ibu olahraga dan komunitas belajar anak tumbuh pertama kali." 


--------




Saya pertama kali tahu ketika masih SMP. Waktu itu Imam Prasodjo bersama Andi Malarangeng membawakan acara bincang-bincang politik di RCTI. Mereka lugas, jernih dalam menjelaskan suatu soal maupun argumen. 


Kemudian muncul lagi, kalau tidak salah, di Topik Minggu ini SCTV yang mengundang sekian banyak orang membicarakan persoalan sospol. Ketika yang lain ribut gak jelas, saling debat kusir, Imam hadir & berbicara tentang sesuatu yang riil. Dia membawa seorang rakyat kecil yang kesusahan untuk mengingatkan peserta forum. Tapi semua mencibir, tepat ketika acara berakhir. 


Tiap kali Imam muncul di TV saya selalu ikuti. Uraiannya selalu inspiratif. Mengena ke persoalan. Ya, bisa demikian karena dia tidak sekadar sosiolog kampus, tapi terjun langsung ke lapangan. Bergerak menyumbangkan solusi persoalan kemasyarakatan. Dia direktur Yayasan Nurani Dunia, banyak membantu memperbaiki sekolah di daerah-daerah yang tak dihiraukan. Pernah saya lihat di koran sekolah hasil sentuhannya yang jadi bagus. Bahkan secara arsitektural. Banyak lagi kiprahnya. 


Seringkali rumahnya, yang sebenarnya peninggalan mertuanya, dijadikan 'kantor' tempat berkumpul para penggiat yang membahas bagaimana menyumbangkan sesuatu yang riil bagi kehidupan masyarakat & Indonesia yang lebih baik. Saya dan ayah saya menaruh hormat mendalam atas orang ini.


Imam Prasodjo (paling kiri) sebagai Direktur Yayasan Nurani Dunia ketika meresmikan perpustakaan terapung di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat (di kawasan yang terkena banjir permanen sejak tahun 1998). Program ini bekerjasama dengan PT Freeport Indonesia (PTFI).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar