Selasa, 05 Juli 2011

AUB3 #15 'Gerilya - Arsitektur' - Slide Presentasi

(Berikut ini merupakan slide powerpoint yang disajikan dalam perhelatan Architects Under Big 3 #15 'Gerilya-Arsitektur'. Penonton dipandu oleh 'paper' (dapat dibaca di bawah slide ini) yang dibagikan sebelumnya agar tidak tersesat dengan slide gambar-gambar presentasi yang bagi saya sendiri saja membingungkan. Sengaja pada tiap sesi tertentu diberi jeda layar putih kosong dan beberapa diikuti layar hitam kosong untuk memberi kesempatan menarik napas, minum, atau mencerna rangkaian slide sebelumnya.) AUB3 #15 'Gerilya -Arsitektur' errik irwan.ppt.pptx
View more presentations from Errik Wibowo

GERILYA – ARSITEKTUR

Apa itu ‘gerilya’?


Sadar atau tidak.
Kita, sebagai anak muda belum jadi siapa-siapa (yang kebetulan juga berdisiplin arsitektur) sesungguhnya selalu bersiasat bertahan hidup dalam kerasnya kehidupan (ya di kampus arsitektur ya di dunia kerja arsitektur ya di masyarakat). Sebagian lagi bersiasat lebih dari sekedar untuk bertahan hidup pribadi. Mereka bersiasat untuk tujuan kehidupan yang lebih baik yang seringkali berarti harus melawan arus yang lebih besar. Izinkanlah saya menyebut upaya-upaya tindakan bersiasat mereka yang belum jadi siapa-siapa tersebut sebagai ‘Gerilya’.

Apa maksudnya ‘gerilya’ dalam ‘arsitektur’? Bagaimana?

Gerilya dalam arsitektur.
Ada banyak ragam cara bergerilya. Sentuhan abad ke-21 memberi warna gerak gerilya yang berbeda dari zaman sebelumnya. Gerilya abad-21 langsung menyentuh aspek pikiran dan pembentukan persepsi. Ia bermain pada ranah ’propaganda’ yang begitu dibantu penyebarannya dengan kecanggihan teknologi informasi. Ada musik, fotografi, film/video, tulisan/novel/cerpen, ilustrasi/kartun/komik, dll. Dan pikiran serta persepsi menentukan apa yang akan kita lakukan dan juga bagaimana arsitektur kita akan berupa (sebagai contoh lihatlah pengaruh masif dari sinetron dalam menampilkan apa itu rumah idaman). Di sini bolehlah saya memfokuskan pada ilustrasi/kartun/komik sebagai sarana dalam perang informasi-persepsi (dalam arsitektur).

Mengapa bergerilya melalui ilustrasi/kartun/komik?

Ilustrasi/kartun/komik.
Pada dasarnya memiliki benang merah atau karakter dasar yang (nyaris) sama dengan arsitektur: gambar. Sesuatu yang sudah, masih, dan terus akan saya kuasai dan kembangkan. Ketika ‘arsitektur’ sendiri belum mampu berbicara atas persoalan yang muncul (seringkali tidak semua soal perlu solusi ‘arsitektural’ tapi arsitektur seolah menjadi solusi untuk segala hal) maka ilustrasi/kartun/komik menjadi alat yang tepat untuk berbicara. Menyatakan posisi. Kadangkala ia menjadi ‘penghimpun gerakan’ dan koordinator.

Ilustrasi/kartun/komik juga mampu menjadi pelarian yang tepat ketika dunia arsitektur menjadi begitu kaku, monoton, membosankan. Dalam pelarian ini pikiran dan tangan mendapat otonomi, bahkan hak subjektif, yang luar biasa untuk bekerja sama menghasilkan karya dan pernyataan (statement). Pikiran mengolah ide, gagasan, pergulatan batin lalu tangan mengeksekusi melalui goresan dan arsiran. Peran yang saat ini hampir terpinggirkan dalam situasi anak muda. Peran pikiran diambil alih atasan (bos, bahkan juga klien). Keterampilan goresan tangan digantikan oleh mesin dan komputer. Dalam ilustrasi/kartun/komik ini nyaris tak ada intervensi (campur tangan) seperti itu sebagaimana mudah dijumpai dalam arsitektur.

Di sisi lain kehadiran ilustrasi/kartun/komik ini menjadi sindiran tentang begitu minimnya minat membaca khususnya di kalangan anak muda. Lebih-lebih anak muda arsitektur yang terbiasa berbahasa gambar. Jika memajang atau menyodorkan tulisan atau artikel maka kecenderungannya akan diabaikan. Tak dilirik sedikitpun. Lain cerita dengan ilustrasi/kartun/komik yang justru menjadi daya tarik tersendiri (berdasarkan pengalaman-pengamatan mengelola mading kampus maupun majalah komunitas warga). Dan memang bahwa ilustrasi/kartun/komik ini hadir dengan target utama anak muda. Bukankah masa depan kita juga di tangan mereka?

Apa yang ingin dibicarakan ilustrasi/kartun/komik itu dalam arsitektur?

Di balik karya selalu ada cerita.
Sebagai perekam ia coba menangkap dinamika keseharian kehidupan berarsitektur. Ia juga mencoba menangkap dinamika gagasan dalam arsitektur itu sendiri. Secara waktu ia coba berbicara tentang masa pra-2010 atau masa kehidupan berkampus arsitektur, khususnya di Jurusan Arsitektur Unika Soegijapranata Semarang, dan masa pasca-2010 atau masa kehidupan dunia kerja arsitektur dengan latar dinamika Bali. Seringkali ilustrasi/kartun/komik berkecenderungan hadir sebagai pengkritik, penyindir. Sesekali hadir sebagai penyemangat dan dukungan terhadap aksi gerilya ataupun idea (gagasan). Namun pada akhirnya semua ini ingin berbicara akan suatu hal menyenangkan, humor, menghibur, meskipun ada kesedihan dan keprihatinan dibaliknya. Tapi bukankah kemampuan menertawakan kehidupan ini merupakan suatu pencapaian spiritualitas juga?

Lalu?

Ada puluhan ilustrasi/kartun/komik terkait.
Semuanya hadir mengalir begitu saja. Tidak pernah dicita-citakan sebagai suatu profesi. Ia hobi. Tidak pernah pula diangan-angankan sebagai komoditi. Semua bebas mengambil. Tidak pernah pula dikonsepkan sebagai perubah zaman. Ia cuma komentator di pinggir jalan. Kalau saya ditanya lalu apa selanjutnya maka saya jawab saya tidak tahu. Saya hanya tahu cerita dibalik itu. Dan jika kita bertemu akan saya ceritakan beberapa cerita itu (jika memang ingin tahu). Bagaimanapun ilustrasi/kartun/komik ini telah menjadi suatu sampul cerita besar dalam saya berarsitektur. Tapi ia juga telah menjadi sarana dalam perang informasi-persepsi. Senjata dalam ‘gerilya-arsitektur’.


Salam,
Architects Under Big 3 #15, 01 Juli 2011

Errik Irwan W

(Semoga waktu masih memihak kita)




-----------------------------------------------------

Bagian dari rangkaian AUB3 #15 'Gerilya - Arsitektur'. Silakan lihat juga:
- Proses Satu Bulan
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar