Selasa, 23 Agustus 2011

Merdeka 66 Tahun



Coba,
apa artinya Merdeka?


Dulu, 66 tahun lebih, jawabannya gampang. 
Sasarannya jelas, gambaran cita-citanya sama.
Tentu karena nasibnya masih mirip-mirip, merasa 'sial' bersama-sama.

Kini coba tanyakan lagi,
apa artinya Merdeka? 
Beda-beda jawabannya.
Tergantung siapa dan dimana (serta bagaimana) menjawabnya.
Karena pula nasib dan zaman sudah beda-beda.

Bagi yang terlahir agak kebule-bulean (baik fisik, mental),
ataupun putih-mulus-rambut lurus ala manusia Jepang-Korea 
(tentu bukan Korea 50 tahun lalu 
yang mengakrabi kotoran manusia plus jarang mandi)
yang serba cantik-tampan yang ketitipan warisan harta melimpah
apalagi dekat poros kekuasaan-poros publisitas negeri rempah-rempah,
tentu jawaban apa itu 'kemerdekaan' tertanggapi 
dengan amat positif-serba pasti-cerah melulu.
(secerah nasib-kulit-tampang mereka)

---------------------------------------------------------------------------------

Tapi coba tanyakan.
Apa arti Merdeka bagi Besiap Bungo, Moruya, Kalitap,
yang musti berjalan menembus hutan berhari-hari 
berbekal buku dan makanan tak seberapa untuk sekolah.
Itu pun tetap dengan masa depan tak pasti apakah jadi seperti kebanyakan orang rimba kini menjadi pengemis di jalan lintas tengah Sumatera dan mencuri buah milik warga desa.

Tanyakan juga pada Nuraeni, Surniati, Dewi Hariani
yang kemungkinan nantinya lebih memilih berhenti sekolah
karena lebih pasti mendapat upah jutaan rupiah 
dari menjadi tenaga kerja Indonesia di seberang lautan
dibanding menamatkan SMP yang belum menjamin lapangan kerja dan masa depan cerah.

Boleh tanyakan pada Sidharta Susila 
yang setia mendampingi siswa yang dianggap manusia sial,
karena miskin, lusuh, kurang cerdas lagi itu siswa-siswa, 
yang belum seberapa sial dari mereka yang tidak mendapat kesempatan 
mengolah hidupnya, belajar di sekolah layaknya warga normal.
Itulah sial kuadrat karena kemiskinan menjadikan mereka kurang cerdas
lalu tumbuh jadi warga (dianggap) tak terhormat meski kerja keras.


Tanyakan Merdeka pada Broto Wijayanto  
yang mengambil sebagian penghasilannya sebagai penerjemah bahasa isyarat 
yang tak seberapa demi mengolah seni teater untuk meringankan beban anak-anak  tunarungu dan kurang beruntung.

Lagi, coba tanyakan.
Apa arti Merdeka pada Adrian B Lapian, juga para pelaut,
jika negeri maritim sebesar ini mahasiswa kelautannya mesti belajar dari diktat 
yang masih diketik manual pada masa sebelum Micrososft hadir. 
Itu pun dirangkum dari buku bahasa asing.

Jangan lupa tanyakan juga pada nelayan-nelayan kita 
yang menonton kapal-kapal asing besar-besar 
yang hebat betul teknik mengambil ikan-ikannya di laut kita.
Dicapnya ikan-ikan itu, terus dijual ke negeri maritim terbesar di dunia tempat si nelayan-nelayan itu hidup dengan dongeng 'Nenek Moyangku Seorang Pelaut' bermoto 'Jalesveva Jayamahe' lalu kita makan ikan-ikan itu dengan senang sampai kenyang hingga lupa bisa hidup jadi bangsa nelayan.


Tanyakan Merdeka menurut Eulis Rosmiati 
yang bergelut dengan jalan dan sanitasi yang buruk, 
kemiskinan, dan angka kematian ibu melahirkan yang tinggi. 
Berpuluh-puluh kilometer dijalani sebagaimana panggilan hidup bidan desa di Ujung Genteng, Sukabumi, Jawa Barat. 
Itu belum mereka-mereka bidan di wilayah pulau-pulau 
negeri kepulauan terbesar ini.

Tanyakan apa itu Merdeka
pada Letnan Satu Marinir Jarot Witono dan segenap rekan marinirnya
yang lebih banyak memasak menggunakan kayu 
yang dikumpulkan dari serpihan-serpihan kapal yang terdampar di pulau-pulau terdekat tempatnya mengabdi menjaga kedaulatan negeri di wilayah-wilayah paling tepi karena tak cukup untuk beli elpiji, belum lagi air minum dan untuk mandi.

Tanyakan makna Merdeka bagi Rudy Sutedja  
yang memproduksi animasi Rp 70 juta, 
tetapi televisi kita hanya membeli seharga Rp 15 juta.
Juga  film-film animasi hasil karya anak-anak muda Indonesia 
yang dibeli perusahaan di Singapura 100 dollar AS per episode,  
lalu beredar di televisi Amerika Serikat jadi 400.000 dollar AS per episode.

Tanyakan maksud Merdeka itu
pada anak-anak muda berprestasi dari pelosok negeri 
yang lari memenuhi Jakarta dan sekitarnya 
yang kian jenuh dengan 29,85 juta jiwa.
Tanyakan arti Merdeka sebuah negeri 
dengan bentangan seluas Eropa pada mereka.

Coba tanyakan Merdeka versi ahli budaya kita  
yang harus mencari rujukan hingga ke luar negeri  
ketika studi kebudayaan tentang negeri sendiri.
Juga tukang-tukang arsip mengenai catatan tertulis 
yang tak ada lagi di Indonesia ini 
karena terbiasa kita  mengabaikan sumber-sumber pertama 
dan tak berusaha menyimpannya di perpustakaan negeri sendiri.
(Boleh tanyakan pada pejabat kita yang gemar ber-Inggris pada program-programnya tentang makna-makna ini)

Coba tanyakan 
Apa Merdeka itu pada Jimmy Afaar si pejuang batik Papua
melihat sebuah negara jadi kaya karena menguliti bukit tembaga
berlanjut kini ke emas-emas amat berharga
yang belum lagi uranium dari dalam tanah airnya.
Dan tanyakan pada saudara-saudara Papua melihat Timika bagaikan kota Amerika dengan Freeport pemerintahannya.

Atau tanyakan pendapat ekonom-ekonom kita.
Jika negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia,
lalu karena tak memiliki kemampuan sains dan rekayasa, 
jadi pasar dan konsumen aktif terbesar di dunia.
Asing dengan teknologi canggihnya menggunduli hutan kita, 
menguras pasir, mengeduk sumber daya mineral. 
Tanyakan Kemerdekaan Ekonomi 
saat sekitar 92 persen minyak kita dieksploitasi perusahaan asing. 
(silakan tanya pada Kwik Kian Gie dan pasti akan bertanya balik "Kemerdekaan Ekonomi?")

---------------------------------------------------------------------------------

Jadi, apa artinya Merdeka bagi teman-teman?

Jika teman-teman suatu saat jadi pilot
berdampingan dengan kopilot bule.
Kopilot bule yang tugasnya membantu pilot ini 
ternyata dibayar tiga kali lebih tinggi.

Juga ketika Orang asing boleh saja bebas memotret.
Sementara teman-teman sebagai orang Indonesia,  
seperti halnya Michael Junarko,  
ketika akan memotret harus memohon izin terlebih dahulu dan membayar.

Coba, apa kata penerus kita di Mars nanti?


---------------------------------------------------------------------------------

Memang mengibarkan bendera itu mudah.
Tapi Merdeka tak semudah itu.
Merdeka itu ketika bendera bisa berkibar di tempat-tempat tak biasa.
Di Piala Dunia, di Kejuaraan Olimpiade, di puncak-puncak dunia, di Mars,
Tapi juga di tempat yang tersulit, 
di kedalaman hati dan pikiran manusia.


Izinkan meminjam kata-kata Anies Baswedan pada Kompas, Senin, 15 Agustus 2011:

"Kibarannya membanggakan. Merah-Putih berkibar gagah di tiang bambu depan rumah batu. Rumah sepetak kecil, alasnya tanah, dan atapnya genteng berlumut. Berlokasi di tepi rel kereta tak jauh dari Stasiun Jatibarang, rumah batu itu polos tanpa polesan material mewah.

Pemiliknya jelas masih miskin. Namun, dia pasang tinggi bendera kebanggaannya. Seakan dia kirim pesan bagi ribuan penumpang kereta yang tiap hari lewat di depan rumahnya: Kami juga pemilik sah republik ini. Kami percaya di bawah bendera ini kami juga akan sejahtera!

Yang miskin telah menyatakan cinta dan bangga kepada negerinya. Keseharian hidupnya mungkin sulit, mungkin serba kerontang. Mungkin tak punya tabungan di bank, tetapi tabungan cintanya kepada republik ini luar biasa banyak. Negeri ini masih dicintai dan dibanggakan rakyatnya tanpa syarat."


---------------------------------------------------------------------------------

Jadi, apa artinya Merdeka bagi teman-teman?


===================================================

(kalau tanyakan ke saya, Merdeka itu rasanya seperti sehari selesai dari berminggu-minggu lembur penuh tekanan tanpa henti. Maklum habis 'deadline')




Tidak ada komentar:

Posting Komentar