Rabu, 01 Juni 2011

Pancasila 66 Tahun



”Saya membayangkan Pancasila ini seperti rumah kita, tempat tinggal keluarga besar Indonesia.”

- Franky Sahilatua -
 
 

2 komentar:

  1. Kompas, Senin, 30 Mei 2011
    ------------------------------------------------

    FRANKY SAHILATUA DAN PANCASILA

    Sejak masa kelahirannya hingga hari ini, Pancasila dibicarakan, ditulis di koran, dinyanyikan, dipidatokan, diperdebatkan dalam suasana dahi berkernyit. Mari ikuti sebagian perjalanan keliling Indonesia yang dilakukan biduan (bukan penyanyi pop dan etnis) Franky Sahilatua, yang beberapa waktu lamanya meninggalkan kita. Di sana ada Pancasila yang hidup dan indah.

    Menjelang akhir 2005, Franky menemui banyak orang yang mau diajak bicara tentang Pancasila. Hasil pembicaraan itu direnungkan di tempat tinggalnya di Perumahan Pelangi Bintaro, Tangerang Selatan. Direnungkannya pula sosok WR Supratman yang menciptakan ”Indonesia Raya”. ”Oleh alunan lagu itu, nama Indonesia menjadi indah bagi banyak orang, termasuk bagi orang yang belum pernah berkeliling Indonesia,” ujar Franky.

    Bekerja sama dengan Kiki Syahnakri (mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat), Sukardi Rinakit (pengamat politik), serta para aktivis muda, seperti Melky Lakalena, Valens Daki-Soo, dan Dulmanan, Franky menciptakan ”Pancasila Rumah Kita”, ”Kembali ke Pancasila”, ”Pohon dan Merah Putih”, ”Di Bawah Tiang Bendera”, dan puluhan lagu lain yang bernuansa penghayatan tentang bangsa dan negeri ini.

    Sebelum tutup tahun 2005, Franky mengopi sendiri syair lagu-lagu itu dan dibagikan kepada semua orang yang hadir dalam suatu pertemuan para tokoh politik di sebuah hotel di Jakarta. Di atas panggung, Franky memetik gitar dan mengajak hadirin melantunkan lagu. Semua berdendang. ”Saya yakin dengan cara ini, Pancasila akan dihayati dan hidup kembali,” ujar Franky.

    ....... (berlanjut)

    BalasHapus
  2. (lanjutan)..

    Berkeliling Indonesia

    Pada 12 sampai 13 Agustus 2006, Franky mengumpulkan uang dari rekan-rekannya. Dengan uang itu, Franky bisa mengajak Melky Lakalena, Isra Daeng Pramulia (aktivis organisasi kepemudaan), dan Steve Sahilatua (keponakan Franky) mengadakan perjalanan ke Indonesia bagian timur. Berbekal gitar, mereka ke Makassar, Timika, Merauke, Manokwari, Jayapura, Biak, dan kampung Wutung di perbatasan Papua-Pupua Niugini untuk menyanyikan Pancasila.

    Setelah melantunkan beberapa lagu, di sebuah rumah makan di sisi lapangan Mattoangin, Makssar, Franky bilang, ”Saya membayangkan Pancasila ini seperti rumah kita, tempat tinggal keluarga besar Indonesia.”

    Pagi 13 Agustus 2006, Franky melantunkan ”Pancasila Rumah Kita” di sebuah kantor surat kabar setempat. Siang hari acara untuk menampilkan Franky bernyanyi ”Pancasila Rumah Kita” dibubarkan oleh sekelompok orang. ”Apa relevansi Pancasila di sini,” teriak orang-orang dengan suara keras.

    Sore harinya, di sebuah ruang stasiun radio, Franky menciptakan sebuah lagu ”Aku Papua” dan langsung diperdengarkan ke seluruh kawasan Timika yang ditempati pertambangan Freeport. ”Hitam kulit, kerinting rambut, aku Papua, bakar batu, patah panah untuk Papua…”. Telepon di studio radio itu berdering, terdengar suara ”Bung Franky bagaimana ya caranya pertikaian di Timika dihentikan….” Maka menyanyilah Franky, ”Pancasila rumah kita, rumah kita selamanya, untuk semua puji nama-Nya…. Oh Indonesiaku.” Suara Franky tanpa panggung dan peralatan sound system.

    Kemudian orang yang marah-marah di siang hari datang ke Franky, tersenyum dan berkata, ”Maaf, lagu itu bagus ya Kaka Franky….”

    Tanggal 14 Agustus, Franky, Melky, dan Isra berbicara di depan kelompok aktivis Merauke, kota di ujung timur Indonesia. Mama Tres, seorang wanita hitam keriting beraksen Papua yang kental sekali dan tidak mudah ditangkap orang-orang dari Jawa, tampak marah. Ia mempertanyakan Pancasila dan kegagalan pemerintah membuat Merauke makmur.

    Dengan senyum dan aksen bahasa Jawa Timur Surabaya, Franky berkata, ”Mama Tres jangan pernah marah pada bangsa ini karena di dalam bangsa ini ada Franky….” Kemudian dengan gitar seadanya Franky melantunkan ”Aku Papua” dan ”Pancasila Rumah Kita”.

    Selama 2007-2009, Franky melanjutkan perjalanannya dan bernyanyi tentang Pancasila di hampir seluruh tempat di Indonesia. ”Orang ini luar biasa, biduan yang lain dari penyanyi lain,” ujar Muslim Abdurrahman, budayawan yang banyak menyertai sebagian perjalanan Franky sampai akhir hayatnya.

    ”’Aku Papua’ dan ’Pancasila Rumah Kita’, dua lagu luar biasa Franky yang memberi jalan bagi kita untuk menghayati Bhinneka Tunggal Ika Indonesia,” kata Garin Nugroho, sineas senior yang ikut membawa jenazah Franky dari rumah sakit ke rumah duka pada 20 April 2011.

    ”Marilah kita dengarkan seluruh lagu ciptaan Franky, kita akan melihat Indonesia dalam sanubari kita ini,” lanjut Garin. (J Osdar)

    http://cetak.kompas.com/read/2011/05/30/05352582/franky.sahilatua.dan.pancasila

    BalasHapus